Minggu, 07 Agustus 2022

RESENSI BUKU GURITAN WAH

 

'GURITAN WAH' MEMANG WAH

Judul                 : GURITAN WAH

Genre                : Kumpulan Geguritan Gagrag Anyar

  Puisi Berbahasa Jawa

Penulis              : Widodo Basuki, dkk.

Penerbit            : Forum Sastra Bersama Surabaya

Percetakan        : Pustaka Ilalang, Lamongan

Tebal                 : xii + 102 halaman

Tahun                : Cetakan I, Mei - 2022

ORCBN           : 62-544-2200-361

PICBN             : PI-07-31-05-2022

Peresensi           : Mira Aulia Alamanda




           Buku kumpulan "Guritan Wah" karya Widodo, Aming, dan Herry. 

Kampanye kegiatan berliterasi tidak hanya sekadar membaca buku-buku berbahasa Indo-nesia, tapi juga bisa tulisan sastra berbahasa Jawa. Apa lagi kita orang Jawa yang seharusnya juga ikut serta menumbuh-kembangkan bahasa dan sastra Jawa. Ada pun kali ini yang akan diresensi adalah buku kumpulan geguritan gagrag anyar berjudul Guritan Wah. Kumpulan guritan yang ditulis Widodo Basuki, Aming Aminoedhin, dan Herry Lamongan. Tiga penggurit yang namanya cukup terkenal di Jatim maupun Jateng. Ketiga penggurit ini memang anggota PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya), namun berumah di Sidoarjo, Mojokerto dan Lamongan.

Menurut Aming Aminoedhin, kegelisahannya tentang PPSJS yang sudah lama tidak membuat buku, maka muncullah ide terbitkan kumpulan guritan ini. Meski tidak bisa semua ang-gota ikut serta, tapi setidaknya ada beberapa anggota berinisiatif buat buku sastra Jawa. Demikian dikatakan Aming, dalam kata pengantar buku tersebut.

Buku Guritan Wah memuat 82 judul guritan, yang terbagi 19 judul gurit karya Widodo Basuki, 31 judul guritannya Aming Aminoedhin, dan 32 judul lainnya karya Herry Lamongan. Membaca isi guritannya, banyak yang bertemakan tentang virus korona dan masa pandemi yang baru saja lewat. Seperti dirasakan Widodo, ketika lama tak bisa pulang kampungnya di Trenggalek, ditulisnya soal pandemi, simak potongan guritnya: //oo...sesawangan jagad tanah kelairan//adoh dakawe cedhak daksanak//pirang taun sawise pandemi//lagi iki aku bali nyawang//lan mbaleni crita lawas//kang nggogrogake maras. ……dst.  (hal.20). Sedang Aming bicara soal virus: Aja uga melu wong-wong sing rada//sembrana, ora maskeran ana njaban omah//Kuwi mono ora prenah, iki isih jaman pandhemi// Viruse sansaya gawe giris ati miris//Jarene jeneng omikron, aja takon wae//Luwih becik lakonana aturane.// Tinimbang mung mblarah ora genah, // apik betah ana omah//Donga ingkang kathah. ….dst.  (hal.50). Herry Lamongan, menulis gurit seperti ini: Ngagem masker//Ngreksa jarak//Uga wisuh tangan sabunan resik//Pranatan zaman samangke//Kudu den ugemi//… dst. (hal. 85).

            Memang tidak semua gurit termuat bicara virus korona dan pandemi, tapi juga soal cinta,  alam, lingkungan sosial, serta juga soal-religi, yang muaranya hanya pada Ilahi Rabbi. Namun naskah guritan-guritan ini tampak ditulis dengan beningnya hati. Sehingga pembaca, khususnya orang Jawa, akan dapat menangkap beberapa pesan religiusitasnya guritan termuat.

            Catatan pengantar buku ditulis Aming Aminoedhin, dikatakan kumpulan Guritan Wah akan dikelilingkan beberapa kota untuk dibacakan di depan penggemarnya. Sekaligus kampanye literasi sastra berbahasa Jawa. Buku ini kian tampak wah, ketika gambar sampul buku adalah lukisan karya Widodo Basuki sendiri. Semoga akan bisa menumbuh-kembangkan sastra Jawa, dan mungkin bisa juga dijadikan referensi guru bahasa Jawa di sekolah, untuk bahan pengajaran di kelas bagi para siswanya. Semoga bisa jadi bacaan yang menyenangkan bagi pembaca semua. Selamat atas terbitnya buku ini, semoga akan banyak orang (utamanya: guru, mahasiswa sastra Jawa, serta siswa) untuk ikut membaca dan mengoleksi bukunya. **(miranda)

 

Mojokerto, 8 Juni 2022


 

Tidak ada komentar: