Senin, 17 November 2008

ceramah di sastra jawa unesa

MENULIS dan BACA PUISI ITU GAMPANG*
oleh: aming aminoedhin

Catatan:
Hari ini, Senin, 17 November 2008 saya ceramah sastra di hadapan mahasiswa sastra Jawa Unesa, selain bicara sastra Indonesia, juga sastra Jawa (termasuk Guritan), pukul 19.00. s.d. 22.00. WIB. bertajuk "Purnama Sastra Unesa Sastra Jawa"

Malam itu hujan turun deras sekali di Kampus Lidah Wetan, diskusi sastra malam nan sepi, dan sunyi. Ternyata tak menyurutkan mahasiswa menghadiri, terbukti ada sekitar 60-an mahasiswa Sastra Jawa - Unesa hadir mengikuti. Diskusi dipandu oleh Keliek Eswe yang Drs. Sugeng Wiyadi. Mereka sempat juga latihan menulis guritan secara spontan. Hasilnya, mengagumkan! Tidak hanya menulis, tapi juga membacanya, dahsyat! Kesetiaan mereka di ranah sastra Jawa, haruslah diacungi dua jempol kanan kiri. Hueeebat dan sukses buat mahasiswa sastra Jawa - Unesa, angkatan 2008-2007, dan sebagian 2006.

Menulis Puisi
Menulis, apa lagi menulis puisi itu sangat gampang? Kenapa? Karena setiap langkah kita, bisa kita tulis sebagai bahan menulis puisi. Bayangkan saja, perjalanan dari rumah ke kantor atau sekolah, sudah ada banyak hal yang bisa kita tulis untuk puisi. Bisa bicara soal jalan yang berlubang, jalanan macet, indahnya mentari, ketemu wanita cantik, lelaki yang ganteng, pepohonan yang hijau, sawah yang menguning, tebu-tebu dengan bunga putihnya yang meluas, dan masih banyak lagi.
Seperti yang dikatakan Arswendo Atmowiloto, mengarang itu gampang, maka menulis puisi itu, lebih gampang lagi. Karena hampir semua orang pasti bisa menulis puisi, terlebih ketika sedang jatuh cinta. Pastilah seseorang mudah menumpahkan rasa cintanya tersebut dalam baris-baris, bahkan bait-bait puisi. Percayalah itu pasti!
Kata puisi, menurut teori, adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan baris.
Dalam hal menulis puisi, berdasarkan pengalaman penulis, seorang penulis puisi haruslah memperhatikan beberapa hal berikut ini:
a. Puisi mengandung unsur keindahan dan kemerduan bunyi, maka diperlukan
pemilihan kata atau diksi yang baik dalam penulisannnya;
b. Sebuah puisi, sebaiknya menggunakan kata-kata dasar dalam penulisannya. Sebab puisi yang baik adalah puisi yang menggunakan sedikit kata, tapi punya banyak makna (multi-interpretable). Untuk itu kata-kata yang dipakai lebih konotatif, bermakna ganda.
c. Sebuah puisi pasti ada pesan (massage) di dalamnya, atau bisa dikatakan sebagai ‘tema puisi’ bisa pesan/tema cinta, moral, religi, kritik sosial, pesan pendidikan, dan banyak lagi. Tapi tidak harus secara jelas/ gamblang diterangkan dalam puisi, tapi sebaiknya disebunyikan/dititipkan pada rangkaian baris dan bait dalam sebuah puisi;
d. Dalam menulis puisi seseorang tidak harus mencari tema/pesan apa yang harus ditulis, karena tema/pesan itu sifatnya abstrak. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana seseorang mau menuliskan apa-apa yang ada dalam obsesi benaknya. Tulis aja, tanpa harus takut bertema apa nanti puisinya.
e. Usahakan menulis dengan tanpa ada rasa beban, mengalir cair saja seperti air dalam sungai. Jadi seseorang menulis puisi itu, tanpa harus memilih tema, tempat dan waktu, dalam menulis. Kapan saja, dan di mana saja bisa menulis puisi. Nah…. ternyata menulis puisi itu gampang sekali. Lantas mengapa kita tidak menulis puisi? Mari menulis puisi!

Baca Puisi
Baca puisi, adalah wilayah dalam kategori membaca indah itu, ternyata tidak semudah dilakukan oleh seseorang. Apalagi bagi orang yang awam, dan tak pernah naik panggung. Bagi mereka mungkin sulit, tapi tidak bagi mereka yang sudah terbiasa membacanya. Membaca puisi, selain sebagai jenis membaca indah, juga merupakan salah satu kegiatan apresiasi sastra.
Apresiasi sastra dapat diartikan sebagai usaha pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap karya sastra, sehingga menimbulkan kegairahan terhadap sastra tersebut. Apresiasi sastra juga dapat menciptakan kenikmatan yang timbul sebagai akibat pengenalan dan pemahaman terhadap sastra. Sedangkan salah satu bentuk apresiasi sastra adalah dengan cara membaca puisi. Karena dengan membaca puisi seseorang akan dapat kenal dan paham, serta menimbulkan gairah, serta kenikmatan terhadap perilaku kehidupan seseorang.
Mengapa demikian? Karena pembaca akan menangkap keindahan, kemerduan bunyi, serta mungkin pesan-pesan moral yang terdapat dalam sastra, sehingga nurani-nya tersentuh, yang pada akhirnya perilaku kehidupan sehari-hari seseorang tersebut akan juga berubah ke arah yang lebih baik.
Sedangkan untuk menghasilkan pembacaan puisi yang baik dalam suatu performance art ada beberapa syarat, di antaranya adalah:
1. pertama yang harus dilakukan seorang pembaca puisi adalah mengetahui lebih dulu interpretasi: penafsiran dari isi puisi tersebut, baru kemudian membacanya.
2. artikulasi: tekanan kata, yaitu mengucapkan kata secara tepat dan jelas atau pelafalan harus benar;
3. volume : lemah dan kerasnya suara (usahakan suara asli pembaca dan suara tidak dibuat-buat);
4. tempo : pengucapan cepat dan lambatnya suara disesuaikan dengan isi puisi;
5. modulasi : mengubah suara dalam baca puisi;
6. intonasi : tekanan dan lagu kalimat;
7. teks puisi: dalam baca puisi, seharusnya teks puisi yang dibaca tidak menutup wajah pembaca, dan bahkan jika bisa teks tersebut bisa dijadikan alat/sarana akting.
8. akting : usahakan dalam baca puisi tidak terlalu banyak gerak, sehingga tidak over-acting.

Selain aspek yang telah saya kemukakan di atas, perlu pula seorang pembaca puisi mempunyai penampilan seni (performance-art), artinya seorang pembaca puisi tidak harus bersikap sempurna seperti tentara akan baris, tapi usahakan juga berakting dengan indah, melalui gerak tangan dan kaki, ekspresi muka, dan lain sebagainya. Lantas mau memanfaatkan stage atau panggung yang ada di sekitarnya.
Dalam hal ini biasanya disebut sebagai teknik menghidupkan suasana atau mood, agar bacanya menjadi intelligible (yang dapat dimengerti, mantap dan meyakin-kan bagi pendengar/audiens), dan audible (dapat didengar dengan jelas pelafalan bacanya) , dan kemudian isi puisi yang disampaibacakan tersebut bisa ditangkap oleh penonton..
Dari uraian di atas, tampaknya membaca puisi memang gampang. Tapi sebenarnya tak semudah yang kita omong-bicarakan. Apalagi bagi seorang pemula di dunia panggung atau hiburan, semacam baca puisi yang dihadiri banyak penonton. Ayo kita coba baca puisi berikut ini:

SURABAYA AJARI AKU TENTANG BENAR
oleh: aming aminoedhin

Surabaya, ajari aku bicara apa adanya
Tanpa harus pandai menjilat apa lagi berlaku bejat
Menebar maksiat dengan topeng-topeng lampu gemerlap
Ajari aku tidak angkuh
Apa lagi memaksa kehendak bersikukuh
Hanya lantaran sebentuk kursi yang kian lama kian rapuh

Surabaya, ajari aku bicara apa adanya
jangan ajari aku gampang lupa gampang berdusta
jangan pula ajari aku dan warga kota, naik meja
seperti orang-orang dewan di Jakarta

Surabaya, ajari aku jadi wakil rakyat
lebih banyak menimang dan menimbang hati nurani
membuat kata putus benar-benar manusiawi
menjalankan program dengan kendaraan nurani hati

Surabaya ajari aku. Ajari aku
Ajari aku jadi wakil rakyat dan pejabat
tanpa harus berebut, apa lagi saling sikut
yang berujung rakyat kian melarat kian kesrakat
menatap hidup kian jumpalitan di ujung abad
tanpa ada ujung. tanpa ada juntrung

Surabaya memang boleh berdandan
Bila malam lampu-lampu iklan warna-warni
Siang, jalanan tertib kendaraan berpolusi
Senja meremang, mentarinya seindah pagi
Di antara gedung tua dan Tugu Pahlawan kita

Surabaya ajari aku. Ajari aku bicara apa adanya
Sebab suara rakyat adalah suara Tuhan
Kau harus kian sadar bahwa berkata harus benar
Dan suara rakyat adalah suara kebenaran
Tak terbantahkan. Tak terbantahkan!

Surabaya ajari aku tentang benar. Tentang benar!
Surabaya, 21 November 2005


aming aminoedhin
DI MANA MEREKA SEKOLAH

desa temanku tenggelam sudah
tak ada lagi tanaman hijau
tinggal kini terlihat atap-atap rumah
tampak seperti mengigau

igauan suaranya perih
atap-atap rumah seakan merintih
dari lumpur yang membuat hancur
hingga beribu penghuninya kabur

desa temanku tenggelam sudah
aku tak tahu ke mana mereka pindah
di mana mereka kini sekolah

Sidoarjo, 12/2/2008

aming aminoedhin
AKU LUPA MENGAJI

Pada musim kemarau
rumput-rumput di tanah lapang
mengering. Daun di pepohonan kering

Angin terlalu kencang
menerbangkan debu dan layang-layang
layang-layangku nan gagah terbang
diulur panjangnya benang

Hati ini jadi riang
bermain layang-layang
hingga aku lupa
belajar mengaji
di mushola

Barangkali aku berdosa
lantas aku berjanji dalam hati
tak mengulangnya di esok hari

Mojokerto, 1999

aming aminoedhin
JENDELA DUNIA

Almari Bapakku dipenuhi buku
kata Ibu, semua buku-buku itu
adalah jendela dunia
jika aku mau baca
segala ilmu akan kusua

Ternyata benar, kata Ibu
selepas buku-buku kubaca
dunia tampak ada di sana
ada yang hitam dan putih
ada yang senang dan sedih

Jadi kawan!
bacalah buku agar kau
bertemu segala ilmu

Baca dan bacalah buku
karena buku adalah jendela dunia
sejuta ilmu pasti kau sua

Mojokerto, 19/10/1999


aming aminoedhin
BERJAMAAH DI PLAZA

kata seorang kyai, belajar ngaji
adalah amalan yang patut dipuji
dan sholat berjamaah
dapat pahala berkah
berlipat-lipat jumlah

tapi kenapa banyak orang
belajar nyanyi, belajar tari
dan baca puisi?

tapi kenapa banyak orang berjamaah
hanya di plaza-plaza
hamburkan uang berjuta-juta?

adakah ini dapat dipuji, dan
adakah plaza menyimpan pahala
berlipat ganda?

ah… barangkali saja, plaza-plaza
telah jadi berhala baru
yang dipoles gincu
begitu indah
dan banyak orang ikut berjamaah


Surabaya, 1992

Membaca puisi, yang merupakan cabang seni membaca indah, memang tidak mudah, yang pasti diperlukan latihan-latihan yang lebih intens lagi. Pembaca yang baik, adalah yang sudah terbiasa di atas pentas, sehingga tidak ada lagi kata demam panggung.
Terakhir, bahwa menulis dan membaca puisi itu ternyata gampang, lantas mengapa kita tak mencoba menulis puisi, kemudian membacakannya sendiri? Ayo kita coba!

Desaku Canggu, 10 November 2008
M. Amir Tohar, lebih banyak dikenal dengan nama aming aminoedhin



DAFTAR PUSTAKA

Aminoedhin, Aming. 2000. Apresiasi Sastra Lewat Baca Puisi, Surabaya: Jurnal Gentengkali
Endraswara, Suwardi,. 2002. Metode Pengajaran Apresiasi Sastra, Yogyakarta:CV
Radhita Buana
Nadeak, Wilson. 1985. Pengajaran Apresiasi Puisi, Bandung: CV Sinar Baru
Poerwadarminta, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai
Pustaka
Sudjiman, Panuti. 1986. Kamus Istilah Sastra, Jakarta: PT Gramedia
Tjahjono, Tengsoe. 2000. Membidik Bumi Puisi, Surabaya: Penerbit Sanggar Kalimas

BIODATA PENULIS:
aming aminoedhin
nama aslinya: mohammad amir tohar
lahir di ngawi, 22 desember 1957
alumni fakultas sastra, universitas sebelas maret surakarta, jurusan bahasa dan sastra indonesia. aktif kegiatan teater, dan pernah menyandang predikat “aktor terbaik” festival drama se jatim tahun 1983 dari teater persada ngawi, pimpinan mh. iskan. pernah menjabat biro sastra – dewan kesenian surabaya. ketua hp-3-n (himpunan pengarang, penulis, dan penyair nusantara) jatim, koordinator fass (forum apresiasi sastra surabaya), dan penggagas kegiatan malam sastra surabaya atau “malsasa” di dewan kesenian surabaya. punya predikat ‘presiden penyair jatim’ dijuluki oleh profesor doktor suripan sadi hutomo, almarhum. ikut temu penyair jateng di semarang (1983), temu penyair indonesia di taman ismail marzuki jakarta (1987).dan baca puisi di berbagai kota di jawa timur. karya puisinya banyak dimuat di koran dan majalah lokal dan ibu kota, antara lain: Surabaya Post, Berita Buana, Republika, Singgalang, Sriwijaya Post, Banjarmasin Post, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Bali Post, dan banyak lagi. sedang majalah yang memuat puisinya antara lain: Zaman,Horison, dan Basis. kumpulan puisinya bersama rekan penyair lain: Husst, Nyenyet, Wajah Bertiga,Reportase Sunyi, Pagelaran, Malsasa ‘92, ‘94, ‘96, 2000; Surabaya Kotaku, Memo Putih, Tanah Kapur, Tanah Rengkah, Semangat Tanjung Perak, Kabar Saka Bendul Mrisi, Drona Gugat, dan banyak lagi. Kumpulan puisinya sendiri: Berjamaah di Plaza, Kereta Puisi, Tanpa Mripat, Mataku Mata Ikan, dan Sketsa Malam. motivator komunitas sastra: forasamo (forum apresiasi sastra mojokerto), (ars) alam ruang sastra sidoarjo. ketua forum sastra bersama surabaya (fsbs), dan bekerja di balai bahasa surabaya di sidoarjo.

alamat: puri mojobaru az-23 canggu — kecamatan jetis – mojokerto 61352 telpon (0321) 361934 atau alamat email: amri.mira@gmail.com atau bisa berkunjung di: amingaminoedhin.blogspot.com dan malsasaakbar.blogspot.com

sosialisasi hasil kongres BI IX

BACA PUISI DI HOTEL UTAMI SURABAYA
oleh: aming aminoedhin

Senin, 10 November 2008 lalu, bertempat di Hotel Utami, Jalan Bandara Juanda, Surabaya; ada acara "Sosialisasi Hasil Kongres Bahasa Indonesia IX" yang diselenggarakan di Jakarta beberapa hari sebelumnya. Acara itu diselenggarakan oleh Biro Mental Spiritual, Pemda Tingkat I Provinsi Jawa Timur. Tampak hadir pada acara tersebut: Asisten I Pemda Tingkat I Jawa Timur, yang sekaligus membuka kegiatan yang berlangsung 2 hari tersebut. Dalam kegiatan ini, tampil sebagai pembicara: Dr. Dendy Sugono (Kepala Pusat Bahasa), Dr. Ayu Sutarto (Dosen Sastra Unej), Drs. Amir Mahmud, M.Pd. (Ka. BBS), dan Mashuri, S.S. (BBS), serta seorang guru dari Tuban.
Dalam kesempatan itu, saya diundang sebagai sastrawan, dan sempat membacakan dua judul puisi, masing-masing: Surabaya Ajari Aku Tentang Benar (versi Sumpah Pemuda), dan Tentang Pahlawan Bangsa.
Ternyata, puisi yang saya bacakan cukup mendapatkan respons para hadirin, yang kebanyakan dari kalangan guru tersebut. Mereka banyak yang minta fotokopiannya, dan kemudian saya menyuruh Panitia untuk menggandakan dan membagikan ke seluruh peserta. Bahkan Asisten I Pemda yang membuka acara itu, juga minta kopiannya.
Ada juga seorang guru yang protes, "Puisinya kok beda?"
Kemudian saya jawab, "Bahwa puisi ini adalah puisi yang versi Sumpah Pemuda!"
bahkan sebelum saya bacakan puisi tersebut, saya telah mengawali dengan menyebutkan sebagai puisi yang berversi "Sumpah Pemuda". Jadi memang ada perubahan bait-baitnya.
Inilah dua judul puisi yang saya bacakan pada saat itu:

aming aminoedhin
SURABAYA AJARI AKU TENTANG BENAR
* versi Sumpah Pemuda

Surabaya, ajari aku bicara apa adanya
Tanpa harus pandai menjilat apa lagi berlaku bejat
Menebar maksiat dengan topeng-topeng lampu gemerlap
Ajari aku tidak angkuh
Apa lagi memaksa kehendak bersikukuh
Hanya lantaran sebentuk kursi yang kian lama kian rapuh

Surabaya, ajari aku bicara apa adanya
jangan ajari aku gampang lupa gampang berdusta
jangan pula ajari aku dan warga kota, naik meja
seperti orang-orang dewan di Jakarta

Surabaya, ajari aku jadi wakil rakyat
lebih banyak menimang dan menimbang hati nurani
membuat kata putus benar-benar manusiawi
menjalankan program dengan kendaraan nurani hati
Surabaya ajari aku. Ajari aku
Ajari aku jadi wakil rakyat dan pejabat
tanpa harus berebut, apa lagi saling sikut
yang berujung rakyat kian melarat kian kesrakat
menatap hidup kian jumpalitan di ujung abad
tanpa ada ujung. tanpa ada juntrung

Surabaya ajari aku pandai berbahasa benar
bahasa Indonesia, menulis tidak keinggris-inggrisan
namun berpijak pada bahasa “Sumpah Pemuda”
berbahasa satu bahasa Indonesia

Surabaya ajari aku pandai berbahasa benar
Tidak menulis Pasar Wonokromo jadi Darmo Trade Centre
Tidak menulis Pusat Pertokoan Wijaya jadi BG Junction

Surabaya ajari aku mencintai negeriku negeri Indonesia
Berbahasa satu bahasa Indonesia

Surabaya, 10 November 2008


TENTANG PAHLAWAN BANGSA
karya: aming aminoedhin

tentang pahlawan bangsa, kata banyak orang
bertanah air satu tanah air Indonesia kini telah mulai luntur
berbangsa satu bangsa Indonesia kini sudah kian hablur
tapi berbahasa satu bahasa Indonesia tetap manjur
persatukan negeri indah ini jadi gemah ripah loh jinawi

pahlawan kita telah ajarkan pesan
berbekal yakin pasti berpayung iman nan suci
bekerja sungguh sepenuh hati, kelak
segala damba segala cita kan tergapai nanti

pahlawan bangsa bukan hanya yang angkat senjata
melawan yang serakah mengusir penjajah, tapi
pasukan kuning nan setia bekerja, dari
parak pagi hingga malam telah sepi hening
para pelajar menempuh belajar tanpa keluh, dan
para guru mengajar dengan rasa ikhlasnya
termasuk pahlawan bangsa

Surabaya, 28 Oktober 2007

Acara yang dua hari itu, sayang saya tak bisa mengikuti seluruhnya, karena ada tugas jadi juri lomba baca puisi di Pekan Seni Pelajar di Surabaya. Sebenarnya ingin rasanya berbincang panjang sama mereka para guru yang kelak masuk surga itu. Setidaknya saya ingin bicara banyak tentang sastra, tentang sekolah dengan segala aktivitas sastranya. Salam buat semua guru yang ikut acara itu. Salam sastra bersama rinduku. Buat semua guru, silakan komentar atas blog ini. Terima kasih sebelumnya. Wasalam!

Sidoarjo, 17 November 2008