Jumat, 26 April 2013

MENGENANG CHAIRIL ANWAR

MALAM MENGENANG
SANG MAESTRO SASTRA INDONESIA
"CHAIRIL ANWAR" 28 APRIL 2013

Chairil Anwar
penulis puisi “AKU”, “KRAWANG BEKASI”, “DOA” dan banyak lagi ini
lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922, ia meninggal di ibu kota
Jakarta, 28 April 1949 pada usia 26 tahun, tepatnya tanggal ini pula biasanya sering
dibacakan puisi-puisi beliau oleh komunitas sastra di penjuru negeri, ia dijuluki
sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair
terkemuka Indonesia. Maestro penyair Indonesia, tiada tanding tiada banding.
Dalam rangka memperingati Hari Sastra 2013, Dewan Kesenian Surabaya (DKS), kerja sama dengan Sanggar Merah Putih Surabaya (SMPS), dan Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS) akan menggelarbacakan puisi Chairil Anwar, 28 April 2013 di Galeri Surabaya, Kompleks Balai Pemuda Surabaya, pukul 19.45. WIB.
Siapa saja boleh hadir dan tampil baca puisi!
Berikut puisi-puisi Chairil Anwar untuk referensi bacanya!
(aming aminoedhin)*



CINTAKU JAUH DI PULAU

Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!

Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

1946



SENJA DI PELABUHAN KECIL

Chairil Anwar

* buat Sri Ajati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap.


1946



DERAI-DERAI CEMARA

Chairil Anwar


cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949











*** sajak-sajak ini adalah bahan untuk baca puisi pada peringatan
“malam mengenang chairil anwar”
digelar oleh dewan kesenian surabaya (dks), sanggar merah putih surabaya (smps),
serta forum sastra bersama surabaya (fsbs), 28 april 2013

di galeri surabaya, dewan kesenian surabaya

pukul 19.45. wib. (aa)*