Rabu, 09 Desember 2009

MENGGELAR MALSASA 2009

MALSASA 2009 MAU DIGELARPENTASKAN

Mereka yang akan tampil baca puisi dan guriit adalah: AF Tuasikal dengan puisi: Suara Liar Terdengar, Seliweran Kata, Selepas Kata; Akhudiat yang biasa dipanggil nama bekennya Cak Diat, akan baca: Keindahan Ada Di Mana-mana, Takziah Bagi Pornografer dan Rindu Padamu. Sementara penggagas Malsasa, Aming Aminoedhin akan tampil membaca: Surabaya Kian Melaju Maju, Di Atas Bus Surabaya-Malang, dan Kereta Hati.

Penyair asal Madiun, Anas Yusuf juga akan ikut tampil baca sajaknya bertajuk: Aku Hanya Ingin Mendengarkan Sungai, Pelarianku Menuju Hutan, Lanskap Senja Penyair. Sedangkan penyair yang se-kota dengan Anas Yusuf, berasal dari Caruban, Beni Setia, akan membaca puisi: Cempaka, Melati dan Cendana, Surga Edisi Harian, The Oldman’s Blues. Penyair yang kini jadi juragan roti, Bagus Putu Parto, menulis dan bacakan: Bung Karno-Bung Hatta, Kirim Kami Somasi!, Sajak Anak Negeri Tentang Proklamasi, dan i Manakah Kau Indonesiaku?

Kawan penyair asal Lamongan, Bambang Kempling, tampil dengan: Bertandang Kepada Angin, Pada Yang Tak Bernama, Kesunyian Mengantarmu. Sementara dedengkotnya Kostela Lamongan, Herry Lamongan malah mengirimkan guritnya yang bertajuk: Sigeg Ing Bumi, Winih Katresnan, Mendhung Klawu Ing Kendal Kemlagi. Penggurit Bonari Nabonenar, membacakan guritnya: Sajroning Sepi, Peteng, Sang Andon Laku; dan Widodo Basuki, penggurit yang pernah dapat Rancage akan bacakan: Kucing Ireng Lan Lakon SenopatI, Ritus Kelairan, Sangkan. Seorang dedengkot PPSJS (karena lama jadi Ketua PPSJS) penggurit Suharmono Kasijun akan membacakan: Ing Desa Ora Ana Apa-Apa, Ing Sendratari Ramayana. Penggurit asal Bojonegoro, J.F.X. Hoery baca guritnya: Kukuben Kabeh Kang Sumawur, Dhuh Gusti Punapa Karsa Paduka, Nalika Srengenge Ambyar Ing Plataran. Penyair dan sekaligus penggurit Budi Palopo akan membacakan: Kutabuh Rebana, Gurit Manohara, Senyum Sang Jenderal.

Fahmi Faqih, seorang penyair yang malang-melintang Surabaya-Bandung, dan terkadang Jakarta, serta Banjarmasin ini, akan membaca puisinya: Malmo, dan Perempuan Yang Menunggu, Surat Tak Bertanggal, Aku Tak Percaya. Dua orang penyair asal kota sepi Ngawi, Hardho Sayoko SPB akan baca Menjelang Fajar Penghabisan, Setelah Hingar Tinggal Sisa Gema, Sepanjang Pinggiran Hutan Jati, dan temannya Kusprihyanto Namma, akan membacakan: Suatu Siang, Untuk Hanifa Pandanarum, Catatan Tahun 2007.
Pringgo HR, penyair yang guru di Lamongan, akan membacakan: Sajak Ulang Tahun, Malam Depan Kalimas Hotel, Mengkhianati Siang. Begitu pula penyair guru, dan satu-satunya penyair perempuan yang tampil di Malsasa 2009, adalah Puput Amiranti akan bacakan:
Mustikawati, Another Day In Paradise, Mudik.

Penyair yang wartawan, dan bergiat pula di dunia teater, R. Giryadi, akan ikut tampil baca: Hari Ini Aku Mengembara, Sajak Bisu Buat Ibu, dan Bluto. Sedang penyair yang juga wartawan, Ribut Wijoto bacakan: Harga Beras, Cicak, dan Kenangan Yang Dilumuri Matahari. Begitu pula, Samsudin Adlawi, wartawan Banyuwangi ini, akan bacakan: Rumah Sepi, Pemakaman Botol-Botol, Awan Hitam.
Penyair lain yang akan tampil, adalah dari Bengkel Muda Surabaya (BMS) Sabrot dan Rusdi Zaki. Dosen yang penyair ini, Rusdi Zaki akan bacakan: Kemerdekaan Adalah, Waspadalah, Manyar Kertoarjo. Sabrot D. Malioboro-nya akan bacakan: Ibu Tanpa Potret, Bulan Berlayar, Tembaga. Penyair yang cerpenis juga, Tan Tjin Siong akan bacakan puisinya berjudul: Kerinduan I, Kerinduan II, Tentang Lagu-Mu. Sedangkan Tengsoe Tjahjono, akan baca puisi: Sebatang Rokok, Tak Ada Yang Menakdirkanmu Jadi Tikus, Bukit.
Lelaki yang kebetulan istrinya ikut pula Malsasa 2009 ini adalah W. Haryanto, akan bacakan: Keputran 2020, Masjid Dekat Tikungan, Acil+Chusnul=Segitiga.

Gelar pentas Malsasa 2009, akan dijadwalkan melibatkan 26 penulis sastra (pernyair dan penggurit) yang akan tampil (Insya Allah 17 Desember 2009, di Taman Budaya Jatim), jika tidak ada perubahan jadwalnya. Nama-nama yang akan tampil adalah: AF Tuasikal, Akhudiat, Anas Yusuf, Aming Aminoedhin, Bagus Putu Parto, Bambang Kempling, Bonari Nabonenar, Budi Palopo, Beni Setia, Fahmi Faqih, Hardho Sayoko SPB, Herry Lamongan, J.F.X. Hoery, Kusprihyanto Namma, Tan Tjin Siong, Tengsoe Tjahjono, Rusdi Zaki, Ribut Wijoto, R. Giryadi, Sabrot D. Malioboro, Samsudin Adlawi, Suharmono Kasijun, Pringgo HR, Puput Amiranti, W. Haryanto, dan Widodo Basuki.
Gelar pentas Malsasa ini adalah menjawab atas kurang adanya aktivitas sastra berlevel Jawa Timur pada tahun ini, dan sekaligus menumbuhkembangkan kembali pentas sastra di depan masyarakatnya. Karena sastra, tanpa sosialisasi secara pentas sastra semacam ini, kurang ada gaungnya. Meski saya sadar, bahwa tidak selamanya karena sosialisasi pentas sastra, mesti berhasil. Mesti bergaung! Tidak! Tidak selamanya!
Mengakhiri tulisan esai pendek ini, ijinkan saya mengutip potongan akhir puisi berjudul Keindahan Ada di Mana-mana karya Akhudiat, yang termuat di Malsasa 2009 halaman 6, yang berbunyi:

.............................................
Bersama kita buka majelis puisi ini
Selamat menikmati


Selamat bermalam sastra Surabaya bagi penikmat sastra Surabaya dan Jawa Timur, serta kawan-kawan yang ikut berpesta Malsasa 2009!@ @***


Desaku Canggu, Desember Rain 2009