Selasa, 19 Juli 2016

LAKON ITU BERNAMA LENNON

LAKON ITU BERNAMA LENNON
catatan: aming aminoedhin


Sudah sejak lama, saya berkenalan dengan Lennon Machali. Beberapa kali saya ketemu, selalu ia pas mengikuti berbagai lomba seni: baik teater, fragmen budi pekerti, musikalisasi puisi atau baca puisi. Ia tidak ikut sendiri, tapi mengantarkan anak didiknya yang akan ikut berlomba.
Kebetulan beberapa kali pula, saya pas macak/bertindak sebagai kelompok dewan jurinya, dan secara kebetulan pula (seringkali) anak didiknya selalu jadi juara. Tidak hanya sekali dua, tapi berkali-kali memenangi juara seni lomba semacam ini. Baik di tingkat Kabupaten Gresik, kegiatan di Surabaya, dan bahkan di tingkat Provinsi Jawa Timur.
Ini membuktikan bahwa Lennon, memang tidak pernah setengah hati menangani seni pertunjukan semacam ini. Barangkali berlatih dengan berdarah-darah, agar mimpi jadi juara itu teraih nanti.



Lennon Machali, kelahiran Gresik, 13 Maret 1953 ini memang lakon dalam setiap menggarap-pentaskan sebuah seni pertunjukan semacam teater, dan musikalisasi puisi. Tiada tanding, tiada banding! Terbukti, seperti yang telah saya tuturkan di atas, selalu juara dan juara lagi.
Bersama Lennon yang biasa jadi lakon ini, saya pernah satu panggung pentas teater bertajuk "Skolah Skandal" karya sutradara Akhudiat, pada 3 November 2011. Ketika itu yang ikut main ada: Deny Tri Aryanti, Wina Bojonegoro, Aming Aminoedhin, Yuyun Wahyuni (istri Lennon), Desemba, dan beberapa anak-anak siswa SMKI Surabaya. Lennon, benar-benar dadi lakon, karena ia memerankan dhalang dengan sangat bagusnya.
Lantas, sebagai juri lomba baca dan tulis puisi, saya pernah diajak Lennon Machali, bersama Herry Lamongan, jadi juri Lomba Tulis Baca Puisi bagi Guru TK/PAUD Muhammadiyah di kota Malang.
Dari sini lahirnya gagasan membuat kumpulan puisi bersama bertajuk "Gresla Mamoso" yang berisi puisinya: Lennon Machali, Herry Lamongan, Tengsoe Tjahjono, Aming Aminoedhin, dan R. Giryadi.
Kumpulan puisi ini kemudian dibacakan di kota: Batu, Gresik, Blitar, dan Lamongan. Sungguh sebuah kenangan yang teramat indah jika mengingatnya. Dan Lennon, selalu hadir dalam setiap perhelatan baca puisinya.
Lennon, juga tercatat kerap ikut berkonstribusi dalam gelaran acara saya yang bertajuk "Malam Sastra Surabaya" atau Malsasa. Begitu pula acara Tadarus Puisi Bulan Suci, yang pernah saya gelar  pada acara bulan-bulan Ramadhan. Ia, selalu siap jika diajak bersastra-sastra. Meski ia tahu, bahwa sastra,  hanyalah kegiatan yang banyak meruginya. Tapi hatinya tak pernah merugi. Terbukti, ia selalu tegar dan sabar dalam menjalani.
Beberapa kali, bersama Lennon Machali, juga tampil acara baca puisi di Rumah Budaya "Kalimasada" Blitar, milik Bagus Putu Parto dan Endang Kalimasada itu. Bahkan terakhir, masih ikut tampilan pada acara tasyakuran ultah perkawinannya, dengan menerbitka buku 'Jalan Sunyi Doktorandus Kartomarmo'.
Lennon benar-benar jadi lakon dalam setiap tampilannya. Lebih lagi kesabaran dan kebesarannya dalam menagani seni susastra. Tampilannya yang selalu low-profile itu, ternyata menyimpan keampuhan yang tiada tara. Tiada tanding tiada banding, lebih lagi di kotanya Gresik.
Kemarin, 18 Juli 2016, pukul 09.00 pagi; tokoh kita Lennon yang lakon ini, meninggalkan kita semua. Terasa tak percaya, tapi benar adanya. Sungguh, saya sebagai temannya, merasa kehilangan sosok seniman yang sabar, tapi punya impian yang besar ini.
Selamat jalan kawan! Semoga surga sebagai tempatmu! Amin!

Desaku Canggu, 19 Juli2 2016