Kamis, 30 Mei 2013

DONNA, SANG JUARA


DONNA ASAL BLITAR
SANG  JUARA CIPTA DAN BACA PUISI HAN 2013
TAMPIL EKSPRESIF


Melalui penilaian yang diketuai oleh Dr. M. Shoim Anwar, M.Pd. berserta dua anggota juri Dr. Suharmono Kasijun, M.Pd. dan  Drs. Aming Aminoedhin; nama Donna Mega Ayudia Anwar – SDN Kepanjen Lor 2 dari Kota Blitar, meraih sebagai juara pertama lomba cipta dan baca puisi Hari Anak Nasional Tingkat Jawa Timur 2013. Juara lainnya masing-masing diraih: juara II dan III masing-masing: Moch Fakri A – SDN Kranggan 1- asal Kota Mojokerto, dan Amelia Agustina – SDN Jambekumbu 1 – asal Kab. Lumajang.
            Juara harapan I, II, dan III diraih oleh: Devin Elysia D. - SDN Mangkujayan 1 (Kab. Ponorogo), Galuh Ajeng Pramesti - SDN Cengkok 1 (Kab. Nganjuk), dan Syabella Rachma Diaocta T – MIN Manisrejo (Kota Madiun).
Seperti dikatakan dalam sambutan pembukaan, oleh ketua Kepala Dikbangkes, Dra. Effi, bahwa, “Pendidikan seni di sekolah merupakan satu aspek yang teramat penting, karena punya peran dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis antara: logika, etika, dan  estetika dalam pengembangan kreativitas, serta dapat menumbuhkan kesadaran, serta kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya bagi siswa.” Lebih lanjut, Effi, menandaskan, “Hal inilah yang kemudian melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, bidang Pendidikan dan Pengembangan Kesenian Sekolah (Dikbangkes) menyeleng-garakan Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Sekolah Dasar se-Jatim.”
 Lomba berlangsung di Kantor Dikbangkes, Jalan Jagir Sidoresmo V, Surabaya; 21 Mei 2013 lalu. Adapun cabang seni yang dilombakan antara lain: Lomba Cipta dan Baca Puisi, Festival Musik Tradisi, Lomba Melukis, dan Membatik. Dari tangkai lomba cipta dan baca puisi, yang berlangsung di lantai III Kantor Dikbangkes, diikuti hanya 19 peserta dari seluruh daerah Jawa Timur. Peserta lomba tidak dibedakan pria maupun wanita. Artinya, daerah tingkat dua boleh mengirimkan peserta lelaki atau perempuan. Sebenarnya, harus 38 siswa yang ikut lomba ini, mewakili daerahnya. Tapi tahun ini, hanya ada 19 daerah yang mengirimkan pesertanya.
 
            Melalui proses awal, yaitu lomba penulisan puisinya yang berdurasi 1 jam, lantas istirahat selama 15 menit, kemudian dilanjutkan baca puisinya. Mereka para siswa peserta lomba cukup antusias mengikuti  kegiatan lomba.
            Rata-rata peserta telah menulis, dan membacakan puisi dengan baik. Hanya ada beberapa puisi yang masih terasa bukan puisi, tapi semacam slogan atau iklan budaya.
Tema besar yang diangkat dalam lomba tulis puisi tahun ini adalah ‘kebudayaan Indonesia’, sedangkan tema saat lomba adalah ‘mencintai budaya kita, Indonesia.’
            Secara tampilan dalam pembacaan puisi, Donna, sang juara pertama asal Kota Blitar, memanglah sangat eskpresif dalam pembawaannya. Sedangkan naskah puisinya juga cukup bagus dalam penggarapannya, sesuai tema yang diminta. Sedangkan diksi yang dipakai penulisan puisinya juga cukup kaya dan bagus. (aa)***

MALAM CHAIRIL ANWAR 2013


MALAM “CHAIRIL ANWAR” 2013
DEWAN KESENIAN SURABAYA               

 
Di penghujung bulan April 2013, tepatnya hari Minggu 28 April 2013 telah digelar acara “Malam Mengenang Chairil Anwar” di Galeri Surabaya, Dewan Kesenian Surabaya. Acara yang diprakarsai Dewan Kesenian Surabaya (DKS), Sanggar Merah Putih Surabaya (SMPS), dan Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS) ini; mendapatkan respons positif dari beberapa penulis sastra di Jawa Timur.
Beberapa penulis yang ikut gabung hadir dan tampil pada malam itu: M. Anis, Toto Sonata, Aming Aminoedhin, Andi Pocek, Wina Bojonegoro, Okta Vey, Lenon Machali, Uyun S. Wahyuni (Gresik), R. Djoko Prakosa, Ardi Susanti (Tulungagung), Suyitno Ethexs (Mojokerto), Dukut Imam Widodo, Imam Haryadi, Widodo Basuki (Sidoarjo), Saiful Hadjar, Heri Nuhun, serta hadir pula dua doktor sastra: Tengsoe Tjahjono dan Suharmono Kasijun (Sidoarjo).

Dalam sambutannya, ketua DKS, Sabrot D. Malioboro, antara lain mengatakan bahwa kegiatan semacam ini memang harus selalu diadakan, guna menumbuhkembangkan apresiasi sastra di Surabaya dan Jawa Timur. Chairil Anwar, adalah sosok maestro sastra Indonesia. Beliaulah angkatan sastra 1945, yang kita semua haruslah mengenang dan mengingat atas jasanya dalam perkembangan sastra Indonesia. Ke depan, Sabrot, juga akan menampilkan para sastrawan perempuan, komunitas sastra Jawa, dan penulis sastra lainnya guna mengisi acara di Dewan Kesenian Surabaya ini; dalam tajuk “Halte sastra.”
Malam itu yang hadir dan tampil, hampir semuanya membaca puisi-puisi Chairil Anwar, dari puisi berjudul: Aku, Senja di Pelabuhan Kecil, Prajurit Jaga Malam, hingga puisi legendaris berjudul Krawang Bekasi. Rata-rata mereka membaca dengan apik dan menarik.

Seorang penulis kenamaan Surabaya, Dukut Imam Widodo, malam itu berorasi tentang riwayat hidup sang maestro Chairil Anwar. Dukut, bercerita tentang pacar Chairil yang bernama Sumirat, perempuan asal Paron, Ngawi; yang teramat digandrunginya. Dalam sajak berjudul “Sajak Putih”-nya ia mencantumkan namanya dengan tulisan: buat tunanganku Mirat.
Menurut Dukut, percintaannya dengan Mirat ini berakhir tragis, karena ia tidak jadi menikahi Sumirat. Selengkapnya, puisi itu berbunyi:

SAJAK PUTIH
Chairil Anwar


            * buat tunanganku Mirat

bersandar pada tari warna pelangi
kau depanku bertudung sutra senja
di hitam matamu kembang mawar dan melati
harum rambutmu mengalun bergelut senda

sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku

hidup dari hidupku, pintu terbuka
selama matamu bagiku menengadah
selama kau darah mengalir dari luka
antara kita Mati datang tidak membelah…

Buat miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
Kucuplah aku terus, kucuplah
Dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku…


18 Januari 1944
 
Selepas acara pembacaan puisi-puisi Chairil Anwar, dilanjutkan dengan diskusi tentang ketokohan sang maestro sastra Indonesia. Beberapa orang ikut bicara, antara lain: Toto Sonata, Dr. Suharmono Kasijun, Sabrot D. Malioboro, Aming aminoedhin, Wododo Basuki, M. Anis, dan banyak lagi.
Malam itu, sungguh malam sastra yang cukup hidup dalam pembacaan dan diskusinya. Selamat Hari Sastra, semoga kita tidak melupakan sang sastrawan kelahiran Medan, 26 Juli 1922 ini. Salam budaya! (mat)***