Rabu, 16 Oktober 2013

APA ITU PUISI?



APA ITU PUISI, PUISI ITU APA?
oleh: aming aminoedhin

catatan: berita yang lupa diunggah ke blogger

            Malam itu, halaman Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) yang terletak di Jalan Gentengkali 85 Surabaya, dipenuhi parkiran sepeda motor dan mobil. Tidak seperti biasanya, yang hanya beberapa motor dan mobil terparkir di halaman itu.
            Ada apa?
            Di depan Gedung Cak Durasim ada backdrop besar bertuliskan, “What's Poetry?” yang disinari lampu terang, sehingga jelas tebaca, ketika seseorang memasuki pintu gerbang TBJT tersebut.
            Banyak orang (baca: pengunjung) yang berfoto dengan latar belakang tulisan itu.  Apakah mereka itu hanya untuk kenang-kenangan, bahwa ia telah ikut nonton acara itu, atau hanya sekedar 'narsis' doang? Saya tak tahu? Tapi yang pasti, banyak orang berfoto di situ!
            Yang pasti,  ada acara pembaca puisi oleh penyair-penyair dunia. Mereka itu berasal dari Jerman, Amerika Serikat, Zimbabwe, Belanda, Swedia, Denmark, Islandia, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Macedonia, sedangkan penyair Indonesia antara lain berasal dari Bali, Bogor, Madura, Bekasi, Surabaya, Yogyakarta, Bekasi, dan Rembang.
             Acara ini digelar dan digagas oleh Forum Penyair Internasional Indonesia (FPII) 2012 , dimotori oleh Henky Kurniadi, seniman Surabaya.
            Adapun selain di kota Surabaya sebagai puncak acara, tanggal 10, 11, dan 12 April 2012, pembacaan ini telah dilangsungkan pentasnya secara maraton di tiga kota lainnya, yaitu:  kompleks Candi Borobudur, Kabupaten Magelang (1-3 April 2012), Pekalongan (4-6 April), dan kota Malang (7-9 April) lalu.

Acara FPII di Surabaya

            Hari pertama di kota Surabaya, para penyair internasional tersebut, diterima oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, 10 April 2012. Acaranya, antara lain menuliskan kesan tentang kota Pahlawan di kanvas yang disediakan Panitia. Sementara  itu, Risma, mengawali tulisan dengan menorehkan kalimat, ”Selamat pagi puisi dunia di Surabaya.” Selanjutnya, dalam sambutan, malah para penyair tersebut, diajak Risma melihat dan berkunjung di taman-taman kota, dan tolong diceritakan ke rekan-rekan penyair di negaranya masing-masing," kata dia. Saat itu ada juga tampilan Sawong Jabo yang meramaikan acara, dengan bernyanyi bersama gitarnya.
            Hari kedua, 11 April 2012  itulah, saya ikut hadir dan melihat dari dekat para penyair internasional itu berulah. Maksudnya berulah baca puisi dengan berbagai gayanya. Siangnya para penyair diajak diskusi budaya dan baca puisi, di UK Petra Surabaya.
            Malam itu, sebelum acara pembacaan puisi, seperti biasa ada seremonial beberapa sambutan, Dinas Pariwisata  Kota Surabaya dan Kepala Taman Budaya Jatim, dan anehnya lagi ada acara potong tumpeng segala?
            Apa itu puisi? Puisi itu apa? Kok ada potong tumpengnya segala? Sebuah tanya yang belum terjawab hingga kini (saat tulisan ini dibuat).     
            Mengawali acara pembacaan malam itu, tampil penyair  Fikar W Eda (Indonesia) dengan membaca puisi tentang Aceh terkena gempa. Lantas penyair Jerman, Ulrike Draesnes, membaca puisi bersama penari  lelaki dari Afrika Selatan. Urutan berikutnya, yang tampil adalah: Courtney Sina Meredith (Selandia Baru), Arne Rautenberg (Jerman), Gerdur Kristny (Islandia), John Warromi (Indonesia), Adam Wiedewitsch (Amerika Serikat), Sarah Holland-Batt (Australia), Akhudiat (Indonesia), Martin Glaz Serup (Denmark), Mbali Bloom (Afrika Selatan), Aslan Abidin (Indonesia).
            Pembacaan puisi para penyair yang berbahasa Inggris dan Jerman, lantas diterjemahkan oleh Dorothea Rosa Herliany, atau terkadang oleh Akhudiat.
            Tampilan mereka dalam acara itu, saya pikir biasa-biasa saja, tidak ada yang terasa agak mendedah rasa penontonnya. Artinya, tidak ada sesuatu yang baru yang barangkali bisa dibawa pulang penonton. Bahkan, saya melihat banyak kawan penonton malah ke luar gedung, karena merasa jenuh tidak ada tampilan  baru, alias monoton saja. “Ya.... rokokan dulu di luar Cak, soalnya tak menarik,” kata salah satu penonton.
            Malam itu penyair berpredikat 'celurit emas' asal Madura, D. Zawawi Imron tampil baca puisi dengan duduk di kursi. Sehingga kurang memberi greget pembacaan yang biasa ia lakukan dengan bagus.
            Secara keseluruhan tampilan malam itu memang tidak begitu menarik, tapi yang menarik adalah publikasinya yang hebat. Sehingga banyak khalayak ikut hadir menonton. Bahkan tampak hadir pula, sastrawan besar kota Surabaya, Budi Darma, yang ikut menonton acara.
            Malam itu  diramaikan tampilnya penyanyi Sawung Jabo dan kelompoknya. Sehingga acara menjadi agak punya greget.
            Untung, ada Sawung Jabo, sehingga penonton tetap bertahan  hingga akhir acara. Di Surabaya ini, para penyair, sebelum meninggalkan kota Surabaya, rombongan dijadwalkan menikmati pemandangan Jembatan Suramadu dari laut Selat Madura, dengan menumpang Artama Harbour Cruise milik PT Pelindo III.   
            Sekali lagi,  apa itu puisi? Puisi itu apa? Yang kita ingat, puisi memang tidak bisa mengubah negara ini jadi loh jinawi. Apalagi pemerintahannya masih  banyak yang suka korupsi.
            Mungkin demikian?
            Setuju? Ah... Anda boleh juga tidak bersetuju!**

Desaku Canggu, 19 April 2012

Tidak ada komentar: