Senin, 01 Agustus 2011

kibar ultah kelima

KOMUNITAS KIBAR TERUS BERKIBARLAH!**
Catatan oleh: Aming Aminoedhin*)

Berbicara soal komunitas sastra di Surabaya dan Jawa Timur, barangkali tidak banyak jumlahnya. Namun jika saja mau mencatat, ternyata masih saja ada dan tetap berlangsung kegiatannya. Keberlangsungan komunitas itu memang tidak secara kontinyu bertemu, tapi komunitas itu muncul dengan cara menerbitkan buku sastra, baik kumpulan cerpen atau puisi. Hal ini untuk membuktikan bahwa komunitas sastranya tetap ada.
Beberapa komunitas tersebut tersebar di berbagai kota, dengan komunitas sastranya masing-masing. Baik sastra Indonesia maupun Jawa. Seperti misalnya komunitas sastra Indonesia, tercatat nama Forum Apresiasi Sastra Surabaya (FASS), Bengkel Muda Surabaya (BMS), Forum Apresiasi Sastra Mojokerto (Forasamo), Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela), Komunitas Sastra dan Teater Persada (Ngawi), Komunitas Lembah Pring (Jombang), Surabaya Poetry Community (Surabaya), Forum Studi Sastra Seni Luar Pagar (FS3LP) – Unair (Surabaya), Sanggar Sastra SD Jombatan (Jombang), Komunitas Sastra Esok (Sidoarjo), Komunitas Sastra Rabo Sore – Unesa (Surabaya), Komunitas Alam Ruang Sastra (ARS) Sidoarjo, Komunitas Pondok Kopi Pacet (Mojokerto), dan mungkin masih banyak lagi. Sementara itu, komunitas sastra Jawa, tercatat nama Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro (PSJB), Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS) yang bergerak di sastra Jawa dan Indonesia (Surabaya), Sanggar Sastra Jawa Parikuning (Genteng, Banyuwangi), dan Sanggar Sastra Jawa Triwida (Tulungagung, Blitar, dan Trenggalek), dan mungkin masih ada lagi.

Festival Sastra Sidoarjo
Kota Sidoarjo punya slogan yang mengatakan adalah sebagai kota festival. Tapi kapan ada festival sastra? Apabila bicara soal sastrawan, banyak sastrawannya domisili di Sidoarjo. Sebut saja nama: Rusdi Zaki, Leres Budi Santosa, Widodo Basuki, R. Giryadi, Lan Fang, dan mungkin masih banyak lagi.
Sedangkan komunitas sastra dan teaternya, ada : Komunitas Sastra Kibar, Alam Ruang Sastra (ARS) Sidoarjo, lantas ada Teater Gedeg, Teater Kibar, Teater SMAN 1, Taeter Kalam, dan banyak lagi. Beberapa nama yang jadi motivatornya semua ini, antara lain: Bhen Mul Wae alias Mulyono Muksim, Fathur ER, Zabid WS, Syarifudin Miftah, Gepeng Shodikin, Endang ‘Guru’ Kusinati, Yani ‘Guru Senopati’ Setyowati, Siti Muntadiroh, dan beberapa nama lainnya.
Juli 2010 lalu, komunitas ARS menerbitkan buku antologi puisi bertajuk ‘Gemuruh Sunyi’ yang di dalamnya memuat puisi-puisi berbahasa Indoinesia dan Jawa. Beberapa nama penyair muda puisinya termuat di buku itu, antara lain: Zabid WS, Fathur ER, Bhen Mul Wae, Syarifudin Miftah, Endang Kusniati, Yani Sulistyawati, Masyuns, Achmad Masud Hadi, Nur Rohmania, Joko Jambul, Azizun, dan Tia Ma. Tak ketinggalan pula puisi dari Bupati Sidoarjo waktu itu, Wien Hendarso, dan Ketua Dewan Kesenian Sidoarjo, HM Rochani
.
Komunitas Kibar Sidoarjo
Selain komunitas ARS yang cukup banyak anggotanya, ada juga komunitas sastra teater lainnya, bernama Kibar. Konon, kibar berasal dari akronim ‘ kita bareng-bareng atau kita bersama-sama.”
Sungguh sebuah nama komunitas yang sangat sederhana, tapi tidak sesederhana kiprahnya di ajang sastra teater di kota festival, bernama Sidoarjo ini. Mengapa tidak sederhana? Karena setiap derap-langkahnya, tetap bernafaskan seni sastra dan teater.
Menurut catatan dari rekan-rekan Kibar komunitas ini, berawal dari keresahan yang dirasakan bersama rekan-rekan seniman se angkatan (punya usia rata-rata hampir sama, dari 17 hingga 27-an tahun) yang punya obsesi agar sehabis belajar di sekolah formal, mereka mengadakan semacam latihan kesenian. Baik itu seni sastra, teater atau baca dan musikalisasi puisi.
Rekan-rekan yang yang punya keresahan yang sama itu, kemudian secara bersama-sama pula membentuk wadah bernama “Kibar” yang pada waktu itu masih banyak beberapa rekan dari anggota Teater Kalam – MAN Sidoarjo. Secara tanggal lahir komunitas Kibar ini adalah tanggal 29 Juni 2006. Ini berarti bahwa komunitas ini berusia lima tahun lebih. Hebat Bukan?
Beberapa kali komunitas ini bertemu, belatih, dan kemudian berpentas. Jika mau mencatat, komunitas Kibar pernah tampil dalam pementasan teater, ludruk, musikalisasi puisi, dan kerap kali bergandengan dengan ARS (Alam Ruang Sastra) menggarap sebuah kegiatan sastra, seperti Peringatan Hari Sastra “Chairil Anwar” seperti bulan April 2011 lalu.
Kibar adalah sebagai wadah kreativitas anak-anak muda Sisoarjo, telah bersama-sama untuk bergerak dalam ranah kesenian, dan mencoba menyapa dunia dengan mewujudkan eksistensinya dalam berkarya. Kibar juga banyak mendampingi sekolah-sekolah Negeri dan Swasta di wilayah Sidoarjo guna memberikan masukan-masukan kreatif, positif, bahkan komptetitif.
Dalam perjalanan awalnya Kibar tidak hanya mampu menarik perhatian para penggiat seni, melainkan juga mampu menumbuhkan semangat berkarya pada beberapa kelompok seni lain, khususnya di kalangan pelajar. Pentas perdana Kibar, yakni pertunjukan taeter bertajuk ‘Rempuh’ tahun 2006 di Museum Mpu Tantular, Sidoarjo; merupakan titik tumpu guna terrus melaju.
Selain itu Kibar juga pernah menyandang juara beberapa Festival Musikalisasi Puisi di Tingkat Provinsi Jawa Timur. Pernah pula menjadi kelompok ludruk tunggal yang didelegasikan langsung oleh Pemerintah Sidoarjo (2007) untuk mewakili daerah, yang kemudian komunitas ini mampu masuk dalam kategori Terbaik se-Jawa Timur , ketika tampil pentas di Taman Krida Budaya, Malang.
Demikian prestasi yang pernah disandang komunitas Kibar, disamping ada pula para awaknya/anggotanya punya prestasi yang lain. Catat saja misalnya: nama Fathur ER, naskah drama yang ditulisnya berhasil masuk dalam nominasi naskah drama Terbaik se-Jatim. Ia juga pernah menjadi juara lomba baca puisi sekaligus pernah menyutradarai drama yang meraih predikat penyaji terbaik pada Festival Teater Remaja di Taman Budaya Jatim. Lantas nama lain ada: M Zainul, sebagai pemenang lomba baca puisi tingkat remaja Terbaik se-Jawa Timur yang diadakan oleh Teater “Q” IAIN Surabaya; lantas Ghepenk, pernah membawa komunitas ini menjuarai lomba musikalisasi puisi Tingkat Jawa Timur; M. Shodikin : pernah menjuarai lomba musikalisasi puisi tingkat Jatim, dan kemudian Joko Dwi: pernah membuat antologi sendiri; serta Yeni, meraih gelar aktris terbaik dalam lomba drama remaja, dan masih banyak lagi.
Jika mau mencatat aktivitas Kibar lainnya, beberapa waktu lalu, ketika ARS punya gawe mau tampil di acara “Padhang Rembulan”-nya UPT Dikbangkes – Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur; sebagian besar personal yang ikut tampil adalah anak-anak komunitas Kibar. Sebut saja: Fatchur, Ghepenk, Endang Kusinati, Yani Setyowti, Muntadiroh, dan banyak lagi.
Ketika itu, mereka menggarap puisi-puisi saya, antara lain: Cerita Nabi Nuh dan Cerita-Cerita Khayal Yang Jauh, Di Mana Mereka Sekolah, dan Akulah Itu yang Diam, ketiganya karya Aming Aminoedhin.
Harmonisasi musik, gerak, nyanyi, dan baca puisi dalam tampilan musikalisasi puisi komunitas ARS yang di dalamnya banyak rekan Kibar sore itu, memang telah mengelaborasikan dengan sempurna. Terbukti ketika mereka tampil, mendapat tepuk tangan audiens yang kebanyakan adalah para pelajar cukup menggemuruh. Ini membuktikan bahwa mereka (audiens) cukup puas dengan tampilan mereka.
Semua yang telah dilakukan rekan-rekan Kibar memang sudah cukup banyak, tapi bukan berarti lantas tak lagi berkiprah lagi. Tapi teruslah selalu berkibar, meski mungkin hanya sebatas membuat compact disc (CD) musikalisasi. Tapi ini sebuah kerja bersama yang banyak kendala dan tantangan, di samping mungkin perlu pula kesabaran dan kesungguhan dalam menggarapnya. Selamat atas CD Musikalisasi Puisinya!
Melihat dari dekat komunitas Kibar, barangkali memang ada yang punya satu nama, mengikuti dua komunitas, yaitu ARS dan Kibar. Tapi tak apa! Itu tidak juga haram! Itu malah merupakan kreativitas bagi seseorang yang tak mau lelah untuk terus berkarya. Atau sebut saja, agar derap langkah berkesenian terus saja berjalan. Apa pun namanya, itu tidak penting. Yang terpenting, mau berkiprah dan melangkah!

Penutup
Melihat perkembangan komunitas sastra teater di Jawa Timur memang tak banyak jumlahnya. Dari yang tidak banyak itu, banyak juga yang kini tak ada kedengaran aktivitasnya. Sebut saja: FASS, Forasamo, PS3LP-Unair, PPSJS, Persada Ngawi, Komunitas SD Djombatan Jombang, dan mungkin masih banyak lagi.
Harapan yang harus selalu saya pompakan adalah bagaimana komunitas ini terus berderap, melangkah, dan kemudian pentas dengan indah. Sedangkan masyarakat penontonnya teopuk tangan meriah! Selamat berultah Kibar! Teruslah untuk selalu berkibar! Layaknya mentari pagi bersinar! Salam budaya!
Siwalanpanji, 17 Juli 2011

1 komentar:

rePublik Sastra mengatakan...

http://publiksastra.net/2011/08/18/komunitas-kibar-terus-berkibarlah/