Senin, 09 Agustus 2010

MARKUS SASTRA JAWA, ADAKAH?

MARKUS SASTRA JAWA, ADAKAH?
Oleh: Aming Aminoedhin
Penyair, Ketua Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS)

artikel ini dimuat di Radar Surabaya, Minggu, 8 Agustus 2010. Rubrik Horizon, di halaman 7.


Beberapa waktu yang lalu ada beberapa artikel yang menyoal tentang perhelatan Kongres Bahasa Jawa (KBJ) V terpublikasi. Mereka itu antara lain dari pikiran birokrat peduli sastra Jawa, yaitu Tirto Suwondo (kepala Balai Bahasa Yogyarkata). Dia menulis di koran Jawa Pos, menyoal tentang persiapan KBJ V yang dirasa belum terasa maksimal tersebut.
Ada juga ada Beni Setia, Aming Aminoedhin, Bonari Nabonenar, dan W. Haryanto, yang tulisannya termuat di koran Kompas, Radar Surabaya, Jawa Pos, Kompas dan Radar Surabaya. Hampir semua artikel mempertanyakan persiapan KBJ V yang akan diselenggarakan Pemprov Jawa Timur.
Pada ranah majalah berbahasa Jawa, juga ramai bermunculan tulisan gonjang-ganjing persiapan KBJ V. Tak urung penulis asal Tulungagung, Sunarko ‘Sodrun’ Budiman, ketua Sanggar Triwida, menulis tentang adanya markus Bahasa Jawa dalam jagad sastra Jawa. Narko menulis adanya markus tanpa menyebut nama seseorang. Artikel Sodrun berjudul, Mapag KBJ V, Markus Basa Jawa, Sumono Gugat, dimuat di PS, No. 18, 1 Mei 2010.
Dari tulisan itu, kemudian ditanggapi, Bonari Nabonenar, ketua Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), dengan judul artikel ‘Bonari Nabonenar Markus-e Basa Jawa?’ dimuat di PS No. 20, 15 Mei 2010.
Artikel yang ditulis dalam bahasa Jawa tersebut, Bonari merasa seperti tertuduh sebagai markus, padahal secara eksplisit Sodrun tidak menuduh nama seseorang. Bahkan dalam tulisan itu pula, Bonari tidak lagi hanya bicara soal markus bahasa Jawa, tapi juga menyangkut masalah penghargaan sastra Rancange yang konon pada tahun ini, dia akan mendapatkan hadiah tersebut. Meskipun hadiah itupun, hanya pengalihan dari RM Yunani yang kebetulan meninggal dunia. Sehingga harus dialihkan kepada seseorang yang masih ada (baca: hidup), dan kemudian terpilihlah Bonari. Sebab penerima hadiah Rancage tidak mungkin diterimakan kepada orang telah meninggal dunia.
Bonari, sang calon penerima Hadiah Rancage tahun ini, saya pikir panitia pemilihan Hadiah Sastra Rancage tidaklah salah pilih. Sebab, betapa pun sang Bonari memang telah malang-melintang di ranah sastra Jawa berpuluh tahun. Bahkan mungkin telah sampai berdarah-darah! Menulis cerkak dan guritan, juga punya jam terbang cukup lama. Lantas menangani PPSJS telah bertahun lamanya. Meski sekarang ini, PPSJS mungkin kurang ada gaungnya, lantaran program Lomba Baca Guritan se-Jatim yang harusnya dua tahunan digelar tak juga digelar. Namun sang Bonari masih bersedia jadi ketuanya. Sebab selama ini, hampir semua orang di komunitas PPSJS ini, menolak jika dipilih jadi ketua.
Apabila Bonari, bersama Keliek Eswe sebagai sang penggagas Kongres Sastra Jawa (KSJ) Solo dan Semarang, yang dinilai banyak orang sebagai tandingan KBJ III dan IV pada tahun-tahun sebelumnya, itu pun bukanlah salah, apa lagi dosa. Namun malah merupakan sebuah kerja kreatif, kompetitif, dan sekaligus kritik bagi penyelenggara KBJ.
Membaca beberapa artikel yang ramai menyoal KBJ V Surabaya, yang antara lain: bicara soal sastrawan Jawa masuk sekolah, persiapan yang belum matang, belum terimplementasikan hasil KBJ terdahulu, dan ramainya sastra Jawa di majalah bahasa Jawa soal markus sastra Jawa; barangkali perlu direspons positif oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. Betapa pun wacana tentang KBJ V Surabaya memang perlu dipersiapkan secara matang.
Menyosong Kongres Bahasa Jawa 2011, tugas utama kita memang agar semua manusia Jawa tetap ‘nguri-uri’ (melestarikan) bahasa Jawa. Toh yang punya gawe juga Pemda Jatim, DIY, dan Jateng. Menyongsong KBJ V selayaknyalah para Panitia Penyelenggara mempersiapkan kegiatan itu secara maksimal, dan tidak hanya seremonial belaka. Sebab biayanya, konon, milyaran rupiah!
Barangkali kita tak perlu mempersoalkan lagi adakah markus sastra Jawa di negeri ini, tapi bagaimana kita bisa nyengkuyung (bersama-sama) mempersiapkan dan melaksanakan KBJ V ini dengan nurani hati. Tidak syak wasangka kepada sesama. Dan bekerja dengan hati terbuka hati pun membunga! Hasilnya, pasti KBJ V akan sukses terselenggara! Mari!

Desaku Canggu, 7 Juni 2010

Tidak ada komentar: