Rabu, 18 Februari 2015

Buku Puisi Indonesia 1987
di Rumah Budaya Tembi Yogya

Buku kumpulan puisi yang bertajuk ‘Buku Puisi Indnoesia ‘87’ berisi tulisan para penyair se-Indonesia, berjumlah 27 penyair se-Indoensia. Mereka itu antara lain: Acep Zamzam Noor, Ahmadun Yossi Herfanda, Aming Aminoedhin, Arie Joko Wicaksono, Mathori A. Elwa, Dedet Setiadi, Gunoto Saparie, Jamal D. Rahman, Remy Novaris DM, hingga Wahyu Prasetya. Buku setebal 276 halaman tersebut, memuat puisi-puisi mereka para penyair, yang dahulu (tahun 1987) diundang Dewan Kesenian Jakarta untuk tampil di Taman Ismail Marzuki.” Dan kini bereuni di Tembi, Yogyakarta.





Para penyairdikenalkan audiens oleh Remmy. Dari kanan: Mathori, Aming, Dedet,  
Remmy, dan Arief Joko Wicaksono.

Dua puluh tujuh tahun kemudian, pada tahun 2014, mereka kembali mengumpulkan puisi-puisi mereka, untuk dikumpulkan dan dibacakan berbagai kota. Tampilan pertama, pembacaan puisinya kali ini, di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta; pada 5 Januari 2015. “Peluncuran dan baca puisi malam ini, adalah sebagai bukti bahwa puisi tak pernah mati, dan penyairnya tak pernah lelah menulis puisi. Di samping ajang silaturahmi, acara ini, juga membuktikan bahwa penyair tetap eksis menulis puisi. Meski tentunya, akan berbeda tema  dalam garap tulisannnya,” kata Umi Kulsum, sang panitia.
Malam itu, pendapa rumah budaya ‘Tembi’ sudah dipenuhi audiens yang hadir untuk menyaksikan  acara ‘Sastra Bulan Purnama’ awal tahun di Rumah Budaya Tembi Yogya-karta. Setelah Remmy Novaris DM, sebagai koordinator , memberikan sambutan serta mengenalkan beberapa penyair yang hadir malam itu. Dilanjutkan acara pembacaan puisi yang diawali oleh Remmy Novaris DM. (Jakarta) dengan membaca beberapa puisi. Lantas penyair dari Surabaya, Aming Aminoedhin, membacakan 3 judul puisi: Surabaya Ajari Aku Tentang Benar, Berjamaah di Plaza, dan Nyanyian Tanah Garam.


                      Aming Aminoedhin, baca puisi di Tembi Rumah Budaya,Yogya.

Gaya baca puisi Aming, cukup mendapatkan apresiasi para audiens yang hadir, terbukti mendapat applaus tepuk tangan yang hadir malam itu. Selanjutnya pembacaan dite-ruskan oleh para penyair lain yang hadir malam itu, yaitu Dedet Setiadi (Magelang), Arief  Joko Wicaksono (Jakarta), Mathori A. Elwa (Yogya), dan Gunoto Saparie (Semarang).

  

Para penyair Puisi Indonesia 1987, selepas baca puisi, berfoto bersama Pak Ons. 




Beberapa majalah dan koran lokal Yogya mencatat-beritakan peristiwa 
tampilan Penyair Puisi Indonesia 1987.

 Sungguh, acara sastra bulan purnama di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta ini, merupakan acara silaturhami antarpenyair. Tampak hadir malam itu, penyair senior Yogayakarta, Iman Budhi Santosa, Bontot Sukandar (Tegal), Ardi Susanti (Tulungagung), S. Sus Hardjono (Sragen), dan beberapa yang lain.
          Menurut Ons Untoro, penanggung jawab acara sastra bulan purnama ‘Tembi Rumah Budaya’ dikatakan bahwa, “Kegiatan ini diharapkan bisa mampu menggairahkan dunia sastra di Indonesia, sekaligus memberikan support positif sastra Yogyakarta, sebagai kota budaya.”
            Malam itu, banyak pula penyair tamu yang ikut baca puisi, antara lain: Dhenok Kristianti, Nia Samsihono (Jakarta), Ardi Susanti (Tulungagung), Umi Azzurantika (Magelang) dan Sashmyta Wulandari (Yogya), serta ada juga beberapa penampilan musikalisasi puisi, termasuk  yang digarap oleh anak Tegal, pimpinan Bontot Sukandar.
            Jadwal yang berikutnya, “Diharapkan Buku Puisi Indonesia ’87 ini akan juga bisa dibacakan di berbagai kota, seperti: Jakarta, Surabaya, Bandung, Lampung, Medan, dan kota-kota lain yang ada penyairnya berdomisili,” kata Remmy Novaris DM sebagai koordinatornya. 
            Sungguh, ini sebuah perheletan pentas baca puisi yang menyenangkan bagi penyairnya,bisa silaturahmi, dan ngopi bersama seniman lainnya di Yogya. (mat).***

                                           

Tidak ada komentar: