Rabu, 23 Juli 2014

MALSALIS BERSAMA WIDODO BASUKI

MALSALIS DAN KALIMAS
DI TENGAH PAMERAN LUKISAN
WIDODO BASUKI
Oleh: m. amir tohar


Malam Sastra Jurnalis atau Malsalis digelarbacakan bersama peluncuran majalah sastra ‘Kalimas’ yang terbit dari Surabaya, di tengah acara pameran lukisan Widodo Basuki, 22 Februari 2014 di Dewan Kesenian Surabaya. Malsalis membukukan puisi-puisi karya para jurnalis, berjudul ‘Puisi Ini Kutulis Pakai Komputer’ memuat tulisan puisi 13 jurnalis. Mereka itu antara lain: Moh Anis, Sirikit Syah, Toto Sonata, Amang Mawardi, Aming Aminoedhin, Widodo Basuki, JFX Hoery, dan banyak lagi.
Dalam catatan bukunya, Aming Aminoedhin, sebagai editor antara lain mengatakan, “Tidak banyak jurnalis mau menulis karya sastra, karena memang membutuhkan pengendapan dalam setiap tulisannya. Jika mereka mau menulis, memang terasa jurnalis itu  punya rasa empati berlebih dibandingkan lainnya. Lebih lagi, mereka mau bersepakat buat antologi puisi semacam ini. Meski harus membiayai sendiri dari koceknya yang tidak banyak sekali, dibanding para tukang korupsi. Sungguh, ini hanya upaya dari beberapa jurnalis, dan mantan jurnalis, yang punya mimpi baca sastra bersama. Hanya beberapa, karena yang lain mungkin kurang tertarik atau bahkan merasa hanya akan sia-sia. Sebab, mereka merasa akan ketinggalan berita. Ah.... entahlah!”


Selain acara malam sastra jurnalis, yang mana para jurnalis seperti Toto Sonata, R. Giryadi, Leres BS, Amang Mawardi, Widodo Basuki, Aming, dan JFX Hoery baca puisi; malam itu juga digelar peluncuran majalah sastra “Kalimas” yang dulu pemimpin redaksinya Tengsoe Tjahjono. Menurut Tengsoe, majalah ini sebenarnya terbitnya sudah lama, tapi karena krisis dan pengelolanya banyak yang telah berpencaran alamat; maka mengalami stagnasi. Kini, tahun 2014, majalah ‘Kalimas’ kembali hadir terbit dengan format dan isi yang lebih baik.
Armada keredaksiannya juga ditangani anak-anak muda, dengan dikomandoi oleh R. Giryadi, tambah Tensoe Tjahjono, pada sambutannya. Lebih jauh Tengsoe juga mengatakan bahwa penanganannya masih banyak dipegang dari teman-teman muda Unesa, yang dulu bernama IKIP Surabaya. Mereka itu antara lain: Much Khoiri, A. Muttaqin, Aleks Subairi, dan banyak lagi.
            Selain sambutan, sebagai pemimpin redaksi Kalimas, Tengsoe, juga berpamitan akan pergi ke Korea, guna melaksanakan tugas negara yaitu mengajar bahasa dan sastra Indonesia,  di Hankuk University, Seoul, Korsel.
Acara malam itu, sungguh meriah dan penuh gairah guna menumbuhkembangkan sastra Jawa Timur ini. Tampak hadir tokoh-tokoh sastra: Setya Yuwono Sudikan, Suharmono Kasijun, M. Shoim Anwar, Bagus Putu Parto, Suparto Brata, Akhudiat, dan banyak lagi.


Catatan Perjalanan Penggurit
Pameran berupa lukisan, drawing, dan sketsa karya  Widodo Basuki, berlangsung di Galeri Surabaya, Dewan Kesenian Surabaya, Jalan Gubernur Suryo 15 Surabaya, dari tanggal 21 hingga 28 Februari 2014. Pameran yang dibuka dengan acara macapatan dan baca guritan itu, sangalah meriah.











Tampil maestro macapatan FY Darmono Saputro dan Subroto, sedang penggurit tampil Aming Aminoedhin dan R. Giryadi. Ketua DKS, Sabrot D. Malioboro, dalam sambutannya antara lain mengatakan, “Tanpa terasa seorang Widodo Basuki adalah manusia paripurna. Bisa menulis sastra, dan melukis seni rupa. Utuh, lengkap, tentu tak terabaikan juga kesantunan, dan kesederhanaan dalam hidupnya.”
Dalam pembukaan pameran pada saat itu, dihadiri banyak teman kolega sang penggurit yang pelukis, antara lain: Nuzurlis Koto, yang dalam kesempatan ikut memberikan kesaksian perjalanan seni rupa Widodo Basuki. 

Widodo Basuki, lahir ing Trenggalek 18 Juli 1967, alumni Jurusan Seni Rupa (STKW dan IKIP PGRI Adhibuana Surabaya), sejak 1993 bekerja  menjadi wartawan, sekarang ditugasi sebagai Redaktur Pelaksana di Majalah Berbahasa Jawa “Jaya Baya”. Dia  lebih dikenal sebagai “penggurit” di sastra Jawa  daripada pelukis yang  juga  masih ditekuni.
Sering diundang sebagai pembicara. Di bidang sastra karya-karyanya selain berupa guritan, crita cekak, crita wayang, crita rakyat, crita sambung,  cerpen, cerita anak-anak, juga beberapa esai  tersebar di media berbahasa Jawa dan Indonesia. Beberapa karyanya pernah mendapat penghargaan di antaranya:  “Njaga Banyune Sendhang”, Juara I Naskah Dongeng Tingkat Nasional (Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta – Lembaga Kajian Budaya Surakarta)  tahun 2002, karya guritannya “Guritan Pari Sawuli” pernah Juara I naskah geguritan  tingkat Jawa Timur tahun 2001, dan buku kumpulan guritan “ Layang Saka Paran” mendapat hadiah Sastra Rancage tahun 2000. Tahun 2004 mendapat penghargaan Seniman Berprestasi dari Gubernur Jawa Timur. Cerpennya “Sang Panji Parmi(n)” mendapat  Juara  II Lomba Cerpen Bernafaskan Panji, kerjasama Dewan Kesenian Jawa Timur – Dewan Kesenian Jombang, tahun 2010. Pernah diundang membaca guritan  “Layang Saka Tlatah Wetan” dalam Apresiasi Sastra Jawa –Sunda tahun 1999 di TIM  Jakarta.
Tulisan jurnalistiknya berjudul "Lumantar Koperasi, Ndadekake Wong Cilik Bisa Gumuyu" Juara I Jurnalistik Perkoperasian, Departemen Koperasi - Deppen Jawa Timur, 1993. Tahun  2008 Juara I Jurnalistik Pariwisata Jawa Timur. Tahun 2009 Juara III, Jurnalistik Pariwisata Jawa Timur, dan tahun 2012, Juara Harapan II.
Dengan isteri tercinta Dra. Sri Sulistiani MPd, dikaruniai dua orang putra: Abhimata Zuhra Pramudita dan Gupita Zahra Laksmi Mahardhika. Sekarang tinggal di Sukolegok RT 13/RW 05, Desa Suko, Kec. Sukodono, Sidoarjo. Tilp. 031  7870475,  email:  wid_basuki@yahoo.co.id (mat)*








Tidak ada komentar: