MALAM
“CHAIRIL ANWAR” 2013
DEWAN
KESENIAN SURABAYA

Beberapa
penulis yang ikut gabung hadir dan tampil pada malam itu: M. Anis, Toto Sonata,
Aming Aminoedhin, Andi Pocek, Wina Bojonegoro, Okta Vey, Lenon Machali, Uyun S. Wahyuni
(Gresik), R. Djoko Prakosa, Ardi Susanti (Tulungagung), Suyitno Ethexs
(Mojokerto), Dukut Imam Widodo, Imam Haryadi, Widodo Basuki (Sidoarjo), Saiful
Hadjar, Heri Nuhun, serta hadir pula dua doktor sastra: Tengsoe Tjahjono dan
Suharmono Kasijun (Sidoarjo).

Malam
itu yang hadir dan tampil, hampir semuanya membaca puisi-puisi Chairil Anwar,
dari puisi berjudul: Aku, Senja di
Pelabuhan Kecil, Prajurit Jaga Malam, hingga puisi legendaris berjudul Krawang Bekasi. Rata-rata mereka membaca
dengan apik dan menarik.

Menurut
Dukut, percintaannya dengan Mirat ini berakhir tragis, karena ia tidak jadi
menikahi Sumirat. Selengkapnya, puisi itu berbunyi:
SAJAK PUTIH
Chairil Anwar
* buat tunanganku Mirat
bersandar pada tari warna pelangi
kau depanku bertudung sutra senja
di hitam matamu kembang mawar dan melati
harum rambutmu mengalun bergelut senda
sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku
hidup dari hidupku, pintu terbuka
selama matamu bagiku menengadah
selama kau darah mengalir dari luka
antara kita Mati datang tidak membelah…
Buat miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
Kucuplah aku terus, kucuplah
Dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku…
* buat tunanganku Mirat
bersandar pada tari warna pelangi
kau depanku bertudung sutra senja
di hitam matamu kembang mawar dan melati
harum rambutmu mengalun bergelut senda
sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku
hidup dari hidupku, pintu terbuka
selama matamu bagiku menengadah
selama kau darah mengalir dari luka
antara kita Mati datang tidak membelah…
Buat miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
Kucuplah aku terus, kucuplah
Dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku…
18
Januari 1944

Malam
itu, sungguh malam sastra yang cukup hidup dalam pembacaan dan diskusinya.
Selamat Hari Sastra, semoga kita tidak melupakan sang sastrawan kelahiran
Medan, 26 Juli 1922 ini. Salam budaya! (mat)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar