SENIMAN
KUMPUL
DI
BALAI PEMUDA SURABAYA
Tampilan pertama dibuka oleh Pusat
Olah Seni Surabaya - POSS Ensemble pimpinan Heru Prasetyono dengan membawakan dua komposisi yakni Canon in D dan
Jembatan Merah.
Lalu
ada juga monolog oleh Meimura, seniman
yang dikenal berkesenian dengan ludruknya. Meimura menutup tampilan dengan remo
dan parikan “Surabaya kota pahlawan, ayo dijaga supaya aman.
Jil P Kalaran, ketua FPKS sedang sambutan. (foto: mat).
Adapun sambutan Jil P. Kalaran, penggagas Forum Pegiat Kesenian Surabaya (FPKS), katanya, “Acara ini dimulai antar-seniman. FPKS ingin bekerjasama, bergandeng tangan melangkah bersama antar kelompok seni, komunitas dan individu. Melangkah bersama, jalan bersama, tanpa ada lagi sekat-sekat, tapi bersatu. Gerakan kesenian tidak bisa dilakukan sendirian, harus dilakukan bersama sama, dibangun bersama sama. Baru kita bisa bergerak bersama-sama. Acara ini rencananya akan digelar sebulan sekali di Balai Pemuda Surabaya. Diharapkan gerakan ini akan bisa membuat Festival Seni Surabaya kembali. yang telah lama mati.
Tampilan musik lainnya ada B. Jon,
Pardi Artin, dan Prof. Rubi Kastubi, menampilan
lagunya Gombloh hingga penonton ikut bernyanyi bersama, lantas Arul Lamandau
& Heru Dharma, menyanyikan musik dan
baca puisi “Jatuh Miskin”.
Menutup acara tampil monolog Dody
Yan Masfa menutup acara dengan mengenakan daster kuning dan membawa tas merah
sederhana yang diselempangkan di pundak kanannya, Dody bergerak dari arah
penonton ke panggung dan berkeliling
sekitar panggung, dan terus meneriakkan narasi berulang-uulang, “Orang-orang
tidak pernah serius dengan kebaikan, tidak pernah sungguh-sungguh dengan
kebenaran. Kita cuma main-main, memperolok jaman, memperburuknya dengan
kemalasan dan kesombongan. Jangan menagis, jangan ketawa, Itu cuma kesadaran
fakultas, kesadaran faktur, kesadaran faksimili, kesadaran fakyu.”
Para seniman pengisi acara pada Surabaya Hari Ini, di selasar Balai Pemuda Surabaya (mat).