PENTAS
SENI DI TENGAH MASA PANDEMI
Oleh: M. Amir Tohar
Masa pademi virus wabah Korona yang
panjang memang bikin semua aktivitas kehidup-an manusia jadi terhenti sejenak.
Minimal beberapa kegiatan yang telah terjadwal harus batal. Diundur atau
ditiadakan. Acara-acara yang seremonial berbau komunal, semacam peringatan hari
besar, lomba-lomba, sepak bola, dan sederet yang lain harus batal. Tidak bisa
berlangsung kegiatannya. Hal ini karena orang harus tetap tinggal di rumah,
agar mata-rantai virus wabah bisa terputus. Perlu adanya sosial distancing, jaga jarak sosial antarmanusia. Hingga kota Surabaya
bersama Gresik dan Sidoarjo saat itu, terpaksa menerapkan PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) bagi warga kotanya. Berjuang keras melawan virus wabah
Korona yang dirasa sangat membahayakan ini.
Bus-bus antarkota dan antarprovinsi juga
tak beroperasi. Sekolah dan kuliah, hanya bisa berlangsung secara daring atau virtual dari rumah. Sekolahan dan kampus
jadi sepi. Mungkin sunyi tanpa penghuni. Kantor-kantor pemerintahan juga
bekerja dari rumah atau work from home
saja. Atau masuk hanya setengah hari.
Meski demikian masih
juga banyak orang tetap nekat keluyuran, dan kurang mengindahkan seruan tinggal
di rumah dan jaga ajarak antarsesama ini. Bahkan di Surabaya ada baliho besar
berisi seruan itu dengan bahasa Jawa khas Suroboyo-an,
berbunyi, “Kate Lapo Kluyuran Ae Rek, Dipangan Corona Matek Koen. Ndhang
Moleh!!!” yang artinya secara harafiah,
“Mau apa kluyuran saja, kamu. Dimakan oleh Korona, kamu bisa mati. Cepat
pulang!!!”
Sebuah
ungkapan iklan layanan masyarakat yang pas bagi warga Surabaya, dan akan
membikin terjaga dan sadar, tidak mau kluyuran lagi, bagi pembacanya. Lugas,
jelas, dan tegas. Surabaya memang luar biasa.
Surabaya sebagai ibu kota Jawa Timur, memanglah beda dengan kota-kota lainnya. Semoga kota-kota lainnya di Jawa Timur, akan ikut seperti Surabaya. Surabaya yang indah, penuh bunga-bunga, teduh dan meneduhkan warganya. Tanggap dan sigap dalam melawan virus wabah Korona. Surabaya tetap kota Pahlawan, semoga bisa secepatnya melawan Korona, hingga hilang dan sirna dari kotanya. Bahkan juga segera sirna dari kota-kota yang ada di Jawa Timur ini.
Pentas
Seni Masa Pandemi
Sabrot D Malioboro
Oleh sebab masa pandemi virus wabah
Korona yang berkepanjangan inilah, yang kemudian menyulut awak seniman itu
tetap beraktivitas secara virtual
atau daring. Ada yang tampil secara berkelompok tapi tetap pakai aturan jaga
jarak antarsesama. Ada juga yang tampil sendiri di rumah, dengan video lantas
diunggah bersama secara virtual di kanal Youtube.
Sungguh, seniman itu berkreativitas tanpa batas. Tetap berkarya di tengah
masa pandemi virus wabah Korona. Benar-benar ampuh tenan!
Bagus Putu Parto
Sekedar menyebut nama beberapa penari Jawa Timur yang aktif menampilkan di kanal virtual ini: Tribroto Wibisono, Dimas Pramuka Atmaji, Puspa Endah, dan banyak lagi. Sementara itu, komunitas Bengkel Muda Surabaya (BMS) menggelar acara baca puisi vitual dalam rangka Ulang Tahun Kota Surabaya bertajuk “Surabaya 727” peringati hari jadi Kota Surabaya ke-727. Materi tampilan baca puisinya para penyair, seperti: Akhudiat, Amang Mawardi, Sabrot D. Malioboro, Aming Aminoedhin, Tri Broto WS, M. Shoim Anwar, Widodo Basuki, Bagus Putu Parto, Denting Kemuning, Hermin, Anawati, Indri Yuswandari, Leres Budi Santosa, dan banyak lagi. Bahkan tayang dibagi atas 3 episode dalam tiga hari, yaitu tanggal 31 Mei 2020 sampai 2 Juni 2020, setiap pukul 10.00. WIB hingga selesai.
Akhudiat
Bagus Putu Parto, tampil secara virtual untuk lauching buku puisi barunya berjudul “Km 0” dalam rangka ulang tahunnya ke-53, pada 2 Juni 2020 lalu. Tampil baca puisi-puisinya di Rumah Budaya Kalimasada Blitar, dipandu anaknya sendiri Kaka Kalimasada. Lantas ada nama Amang Mawardi, penyair yang jurnalis ini juga mengunggah baca puisi virtual. Nama lain, ada Aming Aminoedhin tidak hanya baca puisi, tapi juga baca guritan dibacakan secara virtual sendirian tanpa penonton di Gedung Cak Durasim Surabaya.
Amang Mawardi
Adalah seniman musik yang sering tampil
di JTV Rek, Pambuko Kristian, banyak mengunggah video garapannya berupa musik
campursari. Bahkan syairnya bercerita soal kehilangan sang maestro campursari
Didi Kempot.
Nama Meimura, tokoh ludruk Surabaya juga mengunggah Ludruk Monolog Ritus Travesty Besut Rusmini “Cancut Taliwondo”. Lantas ada Cak Marsam Hidayat, tampil virtual dengan Kidungan Jula-Juli Ngusir Korona, serta Sabil Lestari tak ketinggalan virtualkan kidungan Korona.
Sementara itu, Harwi Mardianto, guru SMKI Surabaya, mengunggah garapan teater berbasa Jawa secara virtual. Agus Sighro Budiono, guru SMK Bojonegoro, juga meng-unggah baca puisi, pentas tari, dan kesenian tradisi Oklik di kanal virtual.
Ada juga pentas seni secara virtual yang
dikaitkan dengan kegiatan amal pencarian dana Covid-19, ditandai pentasnya Didi
Kempot yang dari rumah saja. Tapi ditayangkan secara live oleh Kompas Televisi (Sabtu malam, 11/4/2020)
dengan pemandu Rosiana Silalahi, yang sempat mengumpulkan dana sekitar 7 milyar
rupiah lebih, untuk bantuan dana Covid-19. Hanya sayangnya, The Lord of Broken
Heart, julukan tenarnya Didi Kempot itu
meninggal dunia pada 5 Mei 2020 di RS Kasih Ibu, Surakarta. Sahabat ambyar-nya
benar-benar ambyar merasa kehilangan sang bintang lagu campursari yang lagi ke
puncak kepopulerannya ini.
Aming Aminoedhin
Sebenarnya banyak sekali
kegiatan pentas seni diselenggarakan secara virtual, baik: musik, tari, baca
puisi, bahkan pameran lukisan; seperti yang telah saya uraikan tersebut di atas
itu. Namun tidak semuanya bisa terdeksi secara keseluruhan. Sekali lagi,
sungguh seniman itu berkreativitas tanpa batas. Tetap eksis, meski masa pandemi
memang hampir membuat semuanya krisis.
Hal ini membuktikan
kepada kita semua, bahwa di tengah masa pandemi, aktivitas seni masih ada.
Meski mungkin terbatas penontonnya, tapi seniman tetap berkarya! Salam
budaya!***
Mojokerto,
24 Juni 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar