'GURITAN
WAH' MEMANG WAH
Judul : GURITAN WAH
Genre : Kumpulan Geguritan Gagrag Anyar
Puisi Berbahasa Jawa
Penulis : Widodo Basuki, dkk.
Penerbit : Forum Sastra Bersama Surabaya
Percetakan : Pustaka Ilalang, Lamongan
Tebal :
xii + 102 halaman
Tahun : Cetakan I, Mei - 2022
ORCBN : 62-544-2200-361
PICBN : PI-07-31-05-2022
Peresensi : Mira Aulia Alamanda
Kampanye kegiatan berliterasi
tidak hanya sekadar membaca buku-buku berbahasa Indo-nesia, tapi juga bisa
tulisan sastra berbahasa Jawa. Apa lagi kita orang Jawa yang seharusnya juga
ikut serta menumbuh-kembangkan bahasa dan sastra Jawa. Ada pun kali ini yang
akan diresensi adalah buku kumpulan geguritan gagrag anyar berjudul Guritan Wah. Kumpulan guritan yang
ditulis Widodo Basuki, Aming Aminoedhin, dan Herry Lamongan. Tiga penggurit
yang namanya cukup terkenal di Jatim maupun Jateng. Ketiga penggurit ini memang
anggota PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya), namun berumah di Sidoarjo,
Mojokerto dan Lamongan.
Menurut Aming
Aminoedhin, kegelisahannya tentang PPSJS yang sudah lama tidak membuat buku,
maka muncullah ide terbitkan kumpulan guritan ini. Meski tidak bisa semua
ang-gota ikut serta, tapi setidaknya ada beberapa anggota berinisiatif buat
buku sastra Jawa. Demikian dikatakan Aming, dalam kata pengantar buku tersebut.
Buku Guritan Wah memuat 82 judul guritan,
yang terbagi 19 judul gurit karya Widodo Basuki, 31 judul guritannya Aming
Aminoedhin, dan 32 judul lainnya karya Herry Lamongan. Membaca isi guritannya,
banyak yang bertemakan tentang virus korona dan masa pandemi yang baru saja
lewat. Seperti dirasakan Widodo, ketika lama tak bisa pulang kampungnya di
Trenggalek, ditulisnya soal pandemi, simak potongan guritnya: //oo...sesawangan jagad tanah kelairan//adoh
dakawe cedhak daksanak//pirang taun sawise pandemi//lagi iki aku bali nyawang//lan
mbaleni crita lawas//kang nggogrogake maras. ……dst. (hal.20). Sedang Aming bicara
soal virus: Aja
uga melu wong-wong sing rada//sembrana, ora maskeran ana njaban omah//Kuwi mono
ora prenah, iki isih jaman pandhemi// Viruse sansaya gawe giris ati miris//Jarene
jeneng omikron, aja takon wae//Luwih becik lakonana aturane.// Tinimbang mung
mblarah ora genah, // apik betah ana omah//Donga ingkang kathah. ….dst. (hal.50).
Herry Lamongan, menulis gurit seperti ini: Ngagem masker//Ngreksa jarak//Uga wisuh tangan sabunan resik//Pranatan
zaman samangke//Kudu den ugemi//… dst. (hal. 85).
Memang
tidak semua gurit termuat bicara virus korona dan pandemi, tapi juga soal
cinta, alam, lingkungan sosial, serta
juga soal-religi, yang muaranya hanya pada Ilahi Rabbi. Namun naskah
guritan-guritan ini tampak ditulis dengan beningnya hati. Sehingga pembaca,
khususnya orang Jawa, akan dapat menangkap beberapa pesan religiusitasnya
guritan termuat.
Catatan pengantar buku ditulis Aming Aminoedhin, dikatakan kumpulan Guritan Wah akan dikelilingkan beberapa kota untuk dibacakan di depan penggemarnya. Sekaligus kampanye literasi sastra berbahasa Jawa. Buku ini kian tampak wah, ketika gambar sampul buku adalah lukisan karya Widodo Basuki sendiri. Semoga akan bisa menumbuh-kembangkan sastra Jawa, dan mungkin bisa juga dijadikan referensi guru bahasa Jawa di sekolah, untuk bahan pengajaran di kelas bagi para siswanya. Semoga bisa jadi bacaan yang menyenangkan bagi pembaca semua. Selamat atas terbitnya buku ini, semoga akan banyak orang (utamanya: guru, mahasiswa sastra Jawa, serta siswa) untuk ikut membaca dan mengoleksi bukunya. **(miranda)
Mojokerto,
8 Juni 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar