NGAJI SASTRA DI
PONPES NURUL JADID
PAITON –
PROBOLINGGO
Oleh: Mohammad Amir Tohar
Acara dihadiri para santri-santriwati,
yang berjumlah sekitar 400-an peserta
itu, menghadirkan narasumber Aming
Aminoedhin, presiden Penyair Jatim, dan Catur
Margatama dari Dewan Kesenian Kabupaten Probolinggo.
Ngaji sastra akhir tahun dengan tema ‘Memasyarakatkan
Kesusastraan Pesantren’ diharapkan para santri kian cinta akan sastra, dengan
membaca dan menulis karya sastra. Sebuah kegiatan yang juga diharapkan mampu
bisa menjalin silaturahmi seni antar-sesama komunitas seni di dalam maupun di luar pondok Nurul Jadid, Paiton,
Probolinggo. Hal ini terbukti dengan kehadiran beberapa personal komunitas
seni, seperti: Sanggar Cemara Sumenep, Komunitas Teater Pohon Inzah, Teater
Kala, Kesenian Sastra Titik Koma, Gas Bumi, Teater Bosan, Teater Embureng Jombang, Warna Sastra
Kalibumbu, dan Komunitas Teater Amoeba.
Catur
Margatama dari Dewan Kesenian Kabupaten Probolinggo, dalam presentasi malam
itu, bicara soal perkembangan teater dan sastra di wilayah pesantren yang cukup
signifikan perkembangannya. Ini terbukti beberapa komunitas pesantren kerap
kali pentas sastra dan teater.
Dalam makalahnya, Aming Aminoedhin, yang tampil setelah presentasi Catur Margatama, antara lain bicara soal bagaimana baca puisi, baca puisi bersama, dan menulis puisi dengan baik. Namun karena terbatasnya wantu yang yang ada, lebih banyak bicara baca puisi yang baik. Sempat pula, beri contoh baca puisi di hadapan para santri tersebut. Aming baca puisinya sendiri berjudul “Berjamaah di Plaza” yang bait-baitnya antara lain berbunyi:
kata
seorang kyai, belajar ngaji/adalah amalan
yang patut dipuji/dan sholat
berjamaah/dapat pahala
berkah/berlipat-lipat jumlah// tapi kenapa banyak orang/belajar nyanyi, belajar tari/dan baca
puisi?// tapi kenapa banyak orang berjamaah/hanya di plaza-plaza/hamburkan uang berjuta-juta?// adakah ini dapat dipuji, dan/adakah plaza menyimpan pahala/berlipat ganda?// ah… barangkali saja, plaza-plaza/telah jadi berhala baru/yang dipoles gincu/begitu indah/dan banyak orang ikut berjamaah///Surabaya, 1992.
Sementara itu, beberapa peserta ngaji
sastra, yaitu para santri dan santriwati juga ikut belajar tampil membacakan
puisi. Bahkan selepas baca puisi, mereka diberi hadiah buku kumpulan puisi oleh
Aming Aminoedhin.
Sungguh, malam tahun baru 2020 yang
indah dan menyenangkan malam itu, sebab sebelum acara dimulai diawali tampilan kelompok
hadrah sholawatan yang indah. Semoga tahun 2020 ini, selepas ‘Ngaji Sastra’ mereka
para santri akan terpicu untuk mencintai baca karya sastra, serta menulis karya
satra!
Dalam
sambutannya, Dian Prasetya, dari
Teater Kala yang jadi ketua pelaksana acara, mengatakan bahwa kegiatan ini, di samping
untuk silaturahmi antar-santri dan komunitas seni teater dam sastra Pondok
Pesantrean Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, juga komunitas seni di luar
pondok; sekaligus kegiatan refleksi akhir tahun, pada Teater Kala yang dies
maulidiansyah kesebelas tahun komunitas. Kegiatan ini juga diharapkan agar para
santri tak ke luar pondok pesantren, tetapi dialog sastra yang bermanfaat,
yaitu “Ngaji Satra” guna menambah ilmu sastra bagi mereka.
Harapannya,
semoga para santri-santriwati yang hadir malam “Ngaji Sastra” itu, tidak hanya berhenti melihat dan
mendengar, tapi juga membaca dan menulis karya sastra ala pesantren yang
tentunya sangat religius.** (aa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar