PENYAIR JATIM BACA
PUISI
DI GEDUNG KPK JAKARTA
Kegiatan road-show “Puisi Menolak
Korupsi” yang merupakan kegiatan membaca puisi oleh para penyair Indonesia yang
kesekian kalinya adalah pada Jum’at, 27
September 2013, di Gedung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) Jalan HR Said
Jakarta.
Beberapa penyair dari berbagai daerah
di Indonesia, ikut hadir dan tampil membacakan puisi-puisinya. Termasuk,
penyiar asal Jawa Timur: Andreas Edi-son,
Ardi Susanti, Bagus Putu Parto, dan Aming Aminoedhin ikut meramaikan baca
puisi di Gedung KPK Jakarta tersebut.
Dalam acara tersebut, bebepa tokoh
petinggi KPK ikut juga hadir dan tampil membaca puisi, yaitu: Zulkarnain,
Abraham Samad dan Busro Muqodas. Tampil pula, Taufiq Ismail, dan Bambang
Widjanarko.
Dengan backdrop besar bertuliskan
Penyair Indonesia ‘Puisi Menolak Korupsi” yang terpampang di ruang dalam gedung
KPK, acara diawali dengan pembacaan puisi oleh Diah Hadaning, dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia
penyelenggara, Bambang Widiatmoko.
Sambutan awal disampaikan Ketua KPK, Abraham Samad, yang ikut mendukung
gerakan ini. Serta menyambut dengan senang hati para penyair yang peduli atas
gerakan menolak korupsi ini. Selanjutnya, Abraham
Samad, juga sempat mebcakan salah satu puisi yang menolak korupsi.
Ada juga tampilan musikalisasi
puisi dari Komunitas Sastra Kalimalang
dan Sanggar Matahari, ikut meramaikan acara yang digelar oleh Klub Baca KPK dan
Panitia Road-show Puisi Menolak Korupsi ini.
Diskusi dan bedah buku kumpulan puisi
“Puisi Menolak Korupsi” dihadirkan ulasan tiga tokoh: Eka Budianta, Busro Muqodas,
dan Taufiq Ismail sebagai pembedahnya. Diskusi ini dipandu oleh
jubirnya KPK, Johan Budi.
Sungguh,
sastra, bukanlah mantra untuk menolak korupsi. Tapi setidaknya, bisa jadi
mengurangi atau bahkan mengingatkan kita, manusia, agar tidak ikut-ikut
melakukan perilaku korupsi.
Seperti kata Bambang Widiatmoko, pada sambutannya, yang antara lain mengatakan,
“Akhirnya memang kenekaragaman puisi-puisi telah terangkum menjadi mozaik yang
indah, dalam berbagai persepsi penyairnya itu, untuk menyadarkan kita akan
begitu berbahayanya korupsi. Penyair hanya mampu menyuarakannya dalam bentuk
kata-kata dalam puisi, dan semoga menjadi mantra anti korupsi.”
Sedangkan ulasan Eka Budianta, antara lain berkata, “Kita diberi kesimpulan, bahwa
para penyair sangat rendah hati, tidak punya pretensi mengubah keadaan,
menyalahkan, menggugat, apa lagi mengutuk siapa pun yang kita dakwa koruptor.”
Sementara itu, Sosiawan Leak, sang
koordonator Gerakan Puisi Menolak Korupsi, menyatakan, “Seperti tubuh, korupsi
memiliki organ yang lengkap dengan berbagai fungsi.”
Taufiq
Ismail, penyair ini, pada ujung ulasannya, berharap semoga KPK bekerja
dengan baik, dan para petingginya tetap sehat wal-afiat; sehingga bisa terus bekerja
dengan baik untuk terus berjuang memberantas korupsi di negeri ini.
Penyair Indonesia membaca puisi
menolak korupsi di KPK hari itu, berlangsung pukul 14.00 WIB hingga 18.00. WIB.
Sementara itu, saya, bersama Bagus Putu Parto, Endang Kalimasada, dan AndreasEdison,
langsung pulang dari Gedung KPK ke Blitar malam itu juga. (mat)***
1 komentar:
Ijin reposting lagi pak Aming,
http://gerakanpuisimenolakkorupsi.blogspot.com/2013/12/road-show-6-penyair-jatim-baca-puisi-di.html
Salam hangat!
Posting Komentar