APA
ITU PUISI, PUISI ITU APA?
oleh: aming
aminoedhin
catatan: berita yang lupa diunggah ke blogger
Malam itu, halaman
Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) yang terletak di Jalan Gentengkali 85 Surabaya,
dipenuhi parkiran sepeda motor dan mobil. Tidak seperti biasanya, yang hanya
beberapa motor dan mobil terparkir di halaman itu.
Ada apa?
Di depan
Gedung Cak Durasim ada backdrop besar bertuliskan, “What's Poetry?” yang
disinari lampu terang, sehingga jelas tebaca, ketika seseorang memasuki pintu
gerbang TBJT tersebut.
Banyak orang (baca: pengunjung) yang
berfoto dengan latar belakang tulisan itu. Apakah mereka itu hanya untuk kenang-kenangan,
bahwa ia telah ikut nonton acara itu, atau hanya sekedar 'narsis' doang? Saya
tak tahu? Tapi yang pasti, banyak orang berfoto di situ!
Yang
pasti, ada acara pembaca puisi oleh
penyair-penyair dunia. Mereka itu berasal dari Jerman, Amerika Serikat,
Zimbabwe, Belanda, Swedia, Denmark, Islandia, Australia, Selandia Baru, Afrika
Selatan, dan Macedonia, sedangkan penyair Indonesia antara lain berasal
dari Bali, Bogor, Madura, Bekasi, Surabaya, Yogyakarta, Bekasi, dan Rembang.
Acara ini digelar dan digagas oleh Forum Penyair Internasional Indonesia (FPII) 2012 , dimotori oleh Henky Kurniadi, seniman Surabaya.
Acara ini digelar dan digagas oleh Forum Penyair Internasional Indonesia (FPII) 2012 , dimotori oleh Henky Kurniadi, seniman Surabaya.
Adapun selain di kota Surabaya
sebagai puncak acara, tanggal 10, 11, dan 12 April 2012, pembacaan ini telah
dilangsungkan pentasnya secara maraton di tiga kota lainnya, yaitu: kompleks Candi Borobudur, Kabupaten Magelang
(1-3 April 2012), Pekalongan (4-6 April), dan kota Malang (7-9 April) lalu.
Acara FPII di Surabaya
Hari pertama di kota
Surabaya, para penyair internasional tersebut, diterima oleh Walikota Surabaya,
Tri Rismaharini, 10 April 2012. Acaranya, antara lain menuliskan kesan
tentang kota Pahlawan di kanvas yang disediakan Panitia. Sementara itu, Risma, mengawali tulisan dengan
menorehkan kalimat, ”Selamat pagi puisi dunia di Surabaya.” Selanjutnya, dalam
sambutan, malah para penyair tersebut, diajak Risma melihat dan berkunjung di
taman-taman kota, dan tolong diceritakan ke rekan-rekan penyair di negaranya
masing-masing," kata dia. Saat itu ada juga tampilan Sawong Jabo yang
meramaikan acara, dengan bernyanyi bersama gitarnya.
Hari kedua, 11 April 2012 itulah, saya ikut hadir dan melihat dari
dekat para penyair internasional itu berulah. Maksudnya berulah baca puisi
dengan berbagai gayanya. Siangnya para penyair diajak diskusi budaya dan baca
puisi, di UK Petra Surabaya.
Malam itu, sebelum acara pembacaan
puisi, seperti biasa ada seremonial beberapa sambutan, Dinas Pariwisata Kota Surabaya dan Kepala Taman Budaya Jatim,
dan anehnya lagi ada acara potong tumpeng segala?
Apa itu puisi? Puisi itu apa? Kok
ada potong tumpengnya segala? Sebuah tanya yang belum terjawab hingga kini
(saat tulisan ini dibuat).
Mengawali acara pembacaan malam itu,
tampil penyair Fikar W Eda
(Indonesia) dengan membaca puisi tentang Aceh terkena gempa. Lantas penyair
Jerman, Ulrike Draesnes, membaca puisi bersama penari lelaki dari Afrika Selatan. Urutan
berikutnya, yang tampil adalah: Courtney Sina Meredith (Selandia Baru), Arne
Rautenberg (Jerman), Gerdur Kristny (Islandia), John Warromi
(Indonesia), Adam Wiedewitsch (Amerika Serikat), Sarah Holland-Batt
(Australia), Akhudiat (Indonesia), Martin Glaz Serup (Denmark), Mbali
Bloom (Afrika Selatan), Aslan Abidin (Indonesia).
Pembacaan puisi para penyair yang
berbahasa Inggris dan Jerman, lantas diterjemahkan oleh Dorothea Rosa
Herliany, atau terkadang oleh Akhudiat.
Tampilan mereka dalam acara itu,
saya pikir biasa-biasa saja, tidak ada yang terasa agak mendedah rasa penontonnya.
Artinya, tidak ada sesuatu yang baru yang barangkali bisa dibawa pulang
penonton. Bahkan, saya melihat banyak kawan penonton malah ke luar gedung,
karena merasa jenuh tidak ada tampilan
baru, alias monoton saja. “Ya.... rokokan dulu di luar Cak,
soalnya tak menarik,” kata salah satu penonton.
Malam itu penyair berpredikat
'celurit emas' asal Madura, D. Zawawi Imron tampil baca puisi
dengan duduk di kursi. Sehingga kurang memberi greget pembacaan yang biasa ia
lakukan dengan bagus.
Secara keseluruhan tampilan malam
itu memang tidak begitu menarik, tapi yang menarik adalah publikasinya yang
hebat. Sehingga banyak khalayak ikut hadir menonton. Bahkan tampak hadir pula,
sastrawan besar kota Surabaya, Budi Darma, yang ikut menonton acara.
Malam itu diramaikan tampilnya penyanyi Sawung Jabo dan
kelompoknya. Sehingga acara menjadi agak punya greget.
Untung, ada Sawung Jabo, sehingga
penonton tetap bertahan hingga akhir
acara. Di Surabaya ini, para penyair, sebelum meninggalkan kota Surabaya,
rombongan dijadwalkan menikmati pemandangan Jembatan Suramadu dari laut
Selat Madura, dengan menumpang Artama Harbour Cruise milik PT Pelindo
III.
Sekali lagi, apa itu puisi? Puisi itu apa? Yang kita
ingat, puisi memang tidak bisa mengubah negara ini jadi loh jinawi. Apalagi
pemerintahannya masih banyak yang suka korupsi.
Mungkin demikian?
Setuju? Ah... Anda boleh juga tidak
bersetuju!**
Desaku Canggu, 19
April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar