PARA GURU SE-JATIM
BER’MALSABARU’
DI SURABAYA
Bagi pembaca yang kurang tahu,
bahwa Malsabaru singkatan dari ‘Malam Sastra Bagi Guru.’ Hal itu telah
diselenggarakan pentasnya di Gedung Merah Putih, Balai Pemuda, Surabaya; 19
Desember 2012 lalu. Acara ber’Malsabaru’ se-Jawa Timur tersebut berlangsung
sukses. Tak kurang ada 25 penyair yang guru atau guru yang penyair, hadir dan
tampil baca puis/guritannya di depan masyarakat sastra Surabaya. Artinya, lebih
dari separoh dari jumlah yang
ditargetkan, yaitu 42 guru.
Adapun
yang hadir dari berbagai daerah, yaitu: Arim
Kamandaka dan Ary Nurdiana
(Ponorogo), Herry Lamongan, Bambang
Kempling, dan Upiek Karang Langit (Lamongan), Fathur ER, Bhen Mul Wae, Suharmono
Kasijun, R. Giryadi, dan Widodo Basuki (Sidoarjo), Aming
Aminoedhin, Chamim Kohari, dan Suyitno Ethexs (Mojokerto), Tengsoe Tjahjono dan Davit Harijono
(Malang), Ardi Susanti (Tulungagung), Junaidi Haes, Tjahjono Widarmanto, dan
Kusprihyanto Namma (Ngawi), Imam
Hariadi, R. Djoko Prakosa, dan Zoya
Herawati (Surabaya), L. Machali, Budi
Palopo, dan Uyun S. Wahyuni (Gresik).
Menurut
Ketua FSBS, sebagai pemrakarsa acara tersebut, Aming Aminoedhin, dikatakan, “Beberapa guru yang kreatif dalam
penulisan sastra, khususnya puisi, memang kurang mempunyai wadah untuk
berekspresi guna memasyarakatkan karya-karyanya. Sedangkan kegiatan ini,
diharapkan mampu menjadi wadah berekspresi, sekaligus aktualisasi diri; bahwa
guru tidak hanya mengajar di ruang kelas, tapi juga bisa tampil dalam forum
sastra berskala Jawa Timur bertempat di kota Surabaya. Mereka yang tampil
terdiri dari guru PAUD, SD, SMP, SMA,
dan Dosen. Tidak hanya penulis puisi, tapi juga penulis guritan.”
Lebih
jauh, Aming, mengatakan, “Kegiatan
ini, di samping memberi apresiasi bagi guru yang selama ini telah menulis
sastra, khususnya puisi/gurit, juga mengajak mereka untuk tampil dan diskusi
dalam satu forum kegiatan baca puisi bagi guru seluruh Jawa Timur, bertajuk
“Malam Sastra Bagi Guru atau Malsabaru” dan sekaligus juga merupakan sosialisasi
sastra kepada para peserta didik, sekaligus masyarakat sastra Jawa Timur. Di
harapkan tahun 2013 akan kembali acara serupa dengan melibatkan banyak guru,
siswa, dan mahasiswa.”
Sabrot D. Malioboro, Ketua DKS, “
Menyambut gembira atas prakarsa pentas sastra ini. Semoga di tahun mendatang
bisa ditindaklanjuti gelarpentasnya kembali secara rutin. Sebab, guru adalah
panutan, maka perlulah kiranya menampilkan guru sebagai kreator sastra.
Mengakhiri sambutannya, Sabrot,
mengatakan selamat berpentas kepada seluruh guru.”
Pembedah
buku bertajuk ‘Malsabaru’ adalah Dr. M. Shoim Anwar, M.Pd. dipandu R. Giryadi, yang antara lain mengatakan
bahwa, “Hampir semua puisi dalam buku ini baris-baris
terakhirnya juga menyeru kembali tentang hakikat hidup yang pasti dikalahkan
oleh waktu. Ada amanat yang diselipkan
sebagai konvensi sastra. Di sini puisi hadir bukan sekadar sebagai ekspresi,
tapi juga menggiring ke transendensi. Betapa nggombalnya sebuah puisi, ia tetap punya sisi yang berarti.”
Siang itu, acara diskusi cukup hangat,
terbukti banyak pertanyaan dilontarkan audiens, dan bahkan para penyairnya
sendiri yang hadir siang itu, ikut juga bertanya. Sedangkan sastrawan senior, Pieter A. Rohi, ikut bertanya dan
memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya acara ini.
Kegiatan
ini yang mula-mula menggandeng Bidang Pendidikan Pengembangan Kesenian Sekolah
(Dikbangkes) – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, dan
selanjutnya pada saat pentas sastranya diselenggarakan atas kerja sama antara
Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS), Dewan Kesenian Surabaya (DKS), dan
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya; digelarpentaskan di
Balai Pemuda, Surabaya.
Para
guru yang ber’malsabaru’,
digelarpentaskan sejak siang hingga malam hari, serta di luar gedung hujan
mengguyur Surabaya tersebut, cukup mendapatkan respons positif dari berbagai
kalangan, baik masyarakat sastra, siswa, guru, dosen, dan bahkan mahasiswa. Ini
terbukti dengan banyaknya audiens yang hadir pada acara tersebut.
Pentas
sastra Malsabaru 2012 telah digelarpentaskan di Surabaya, dengan sukses. Semoga
tahun 2013 akan bisa digelarpentaskan kembali. Menulis dan membaca puisi dengan
hati. Lampu-lampu pentas telah padam, tapi kreativitas guru Jatim, takkan pernah padam. Kian bernas berkreativitas!* (aulia alamanda).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar