NASKAH
LOMBA PUISI BAGI SISWA SMA/SMK/MA
KODAM
V BRAWIJAYA SURABAYA 2017
Catatan:
Setiap peserta membaca salah satu puisi dari puisi-puisi yang tersedia berikut ini. Salam sastra
Pilihan
Naskah 1 - SMA/SMK/MA:
TANAH AIR MATA
Karya : Sutardji Calzoum Bachri
Karya : Sutardji Calzoum Bachri
Tanah
air mata tanah tumpah dukaku
mata air airm ata kami
air mata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan air mata kami
mata air airm ata kami
air mata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan air mata kami
di
balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi
perih tak bisa sembunyi
ia merebak ke mana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
ia merebak ke mana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun
kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak air mata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
ke manapun melangkah
kalian pijak air mata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian
arungi air mata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata kami
(1991)
Pilihan
Naskah 2 - SMA/SMK/MA:
KEPADA KAWAN
Karya: Chairil Anwar
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam
layar merah berkibar hilang dalam kelam
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!
30
November 1946
Pilihan Naskah
3 -
SMA/SMK/MA:
JADI
PAHLAWAN NEGERI INI
Karya: Aming Aminoedhin
Indonesia
negeriku
Negeri indah
dari Sabang hingga Merauke
Negeri gemah ripah loh jinawi
Tata tentrem karta raharja
Negeri pesona
zamrud khatulistiwa
Presiden boleh
diganti, tapi Pancasila
Sebagai dasar
negara tetap abadi tetap di hati
Indonesia
negeriku
Ladang-ladang
minyak begitu banyak
Ladang-ladang
tambang begitu bergelimang
Tambang emas,
perak, kuningan, dan batu bara
Menyejuta
jumlahnya. Begitu kaya raya negeriku!
Tapi mengapa banyak orang lupa diri
Menumpuk harta, berebut tahta, dan
wanita
Inilah negeri
pesona zamrud khatulistiwa
Ketika gempa
melanda, ketika tsunami
Meluluhlantakkan
negeri ini
Negeri ini
tetap sakti tegak berdiri
Tapi mengapa
banyak orang lupa diri
Menimbun harta
hasil korupsi
Beribu,
mungkin berjuta pahlawan
boleh tumbang.
Tapi Indonesia tetap tegak
Berdiri. Kokoh
tak tertandingi
Jayalah
Indonesiaku! Jayalah Negeriku!
Kini zaman
telah berganti
Kau-aku, dan
semua harus jadi pejuang
Berjuang
melawan orang-orang serakah
Berjuang
melawan koruptur kian mewabah
Kini kau-aku,
dan semua rakyat, haruslah
Singsingkan
lengan baju, kerja keras
Mengolah
sendiri ladang-ladang minyak
Menambang
sendiri tambang bergelimang banyak
Jangan
serahkan ke negara asing, malah bikin pusing
Jangan pula
serakah, kau kangkangi sendiri hasil berlimpah
Semua milik
negeri ini, bagikan kepada rakyat
agar mereka
tak melarat dan kesrakat
hidup bisa
terangkat bermartabat
Jadi
pahlawan negeri ini
mengolah
sendiri membangun negeri
Indonesia nan
indah ini. Meski kini
negeri kian
tampak compang-camping
benahi dengan
hati bersih nan bening
Jadilah
pahlawan negeri ini! Jadilah!
Mojokerto,
17/10/2011
Pilihan
Naskah 4 - SMA/SMK/MA:
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Karya:
Chairil Anwar
* buat Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap.
1946
* buat Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai ke empat, sedu penghabisan bisa terdekap.
1946
Pilihan
Naskah 5 - SMA/SMK/MA:
DOA SEORANG SERDADU SEBELUM PERANG
Karya:
WS Rendra
Tuhanku,
Tuhanku,
Wajah-Mu
membayang di kota terbakar
dan
firman-Mu tergores di atas ribuan
kuburan
yang dangkal
Anak
menangis kehilangan Bapa
Tanah
sepi kehilangan lelakinya
Bukannya
benih yang disebar di subur ini
tapi
bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila
malam turun nanti
sempurnalah
warna dosa
dan
mesiu kembali lagi bicara
Waktu
itu, Tuhanku,
perkenankan
aku membunuh
perkenankan
aku menusukkan sangkurku
Malam
dan wajahku adalah satu warna
Dosa
dan nafasku adalah satu udara
Tak
ada lagi pilihan kecuali menyadari
–
biarpun bersama penyesalan –
Apa
yang bisa diucapkan
oleh
bibirku yang terjajah?
Sementara
kulihat kedua lengan-Mu yang capai
mendekap
bumi yang mengkhianati-Mu
Tuhanku
Erat-erat
kugenggam senapanku
Perkenankan
aku membunuh
Perkenankan
aku menusukkan sangkurku
Mimbar Indonesia, Th XIV, No. 25 18 Juni
1960
Pilihan
Naskah 6 - SMA/SMK/MA:
MEMBACA TANDA-TANDA
Karya:
Taufiq Ismail
Ada
sesuatu yang rasanya mulai lepas
dari
tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita
ada
sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
tapi
kini kita mulai merindukannya
Kita
sasksikan udara abu-abu warnanya
Kita
saksikan air danau yang semakin surut jadinya
Burung-burung
kecil tak lagi berkicau pagi hari
Hutan
kehilangan ranting
Ranting
kehilangan daun
Daun
kehilangan dahan
Dahan
kehilangan hutan
Kita
saksikan zat asam didesak asam arang
dan
karbon dioksid itu menggilas patu-paru
Kita
saksikan
Gunung
membawa abu
Abu
membawa batu
Batu
membawa lindu
Lindu
membawa longsor
Longsor
membawa air
Air
membawa banjir
Banjir
membawa air
Air
Mata
Kita
telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakah
kita membaca tanda-tanda
Allah
Kami
telah membaca gempa
Kami
telah disapu banjir
Kami
telah dihalau api dan hama
Kami
telah dihujani abu dan batu
Allah
Ampuni
dosa-dosa kami
Beri
kami kearifan membaca seribu tanda-tanda
Karena
ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
Akan
meluncur lewat sela-sela jari
Karena
ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
Tapi
kini kami mulai meruindukannya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar