GIM AJAKAN MENULIS
SASTRA
Oleh: Aming
Aminoedhin
Salam sastra Adik-adik!
Secara mudah bicara puisi
berarti bicara soal kata yang ditata rapi dengan ketentuan sangat berbeda, jika
dibandingkan tulisan berupa kalimat biasa, atau yang ditulis secara prosa (yang
kemudian biasa disebut: cerpen, novel, atau roman). Agar sedikit gamblang dan
mudah, puisi adalah salah satu ragam karya sastra yang bahasanya terikat oleh
irama, matra, rima, serta dalam penyusunan larik dan baitnya. Puisi yang baik
adalah puisi yang sedikit kata, tapi punya banyak makna.
Beberapa waktu lalu, 2015, Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT),
menyelenggarakan “Gerakan Indonesia Menulis (GIM) Puisi” bagi siswa Sekolah
Dasar se-Jawa Timur di GOR - Unipa Surabaya. Ada seribu anak siswa ikut dalam kegiatan
ini. Cukup menggembirakan tentunya. Sebab mereka menulis dengan sungguh-sungguh
untuk sebuah puisi yang telah ditentukan temanya oleh Panitia Lomba.
‘Gerakan
Indonesia Menulis 2015’ ini, tidak hanya untuk tingkat SD sederajat saja,
melainkan juga SMP dan SMA sederajat. Jika tingkat SD menulis puisi, maka untuk
tingkat SMP dilombakan menulis cerpen, dan SMA menulis esai. Gerakan ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan minat menulis sejak dini,
memotivasi generasi muda untuk memiliki kebiasaan gemar menulis dan
meningkatkan mutu pendidikan mereka.
Barangkali
upaya BBJT menyelenggarakan lomba menulis semacam ini, perlu mendapatkan
apresiasi tinggi. Sebab dengan mengadakan lomba menulis, mengajak para siswa di
Jawa Timur untuk lebih kreatif, kompetitif, dan mengarah ke hal yang positif.
Harapan berikut agar mereka tidak hanya berhenti pada saat ada lomba seperti
ini saja, melainkan bisa terus menulis, dan menulis lagi. Bahkan diharapkan,
mereka bisa kecanduan menulis, baik di koran atau majalah; sehingga
menghasilkan yang produktif. Dapat honorarium dari hasil tulisan-tulisannya,
baik itu: puisi, cerpen, atau esai.
Membaca 1000 puisi karya anak-anak siswa se-Jawa Timur yang dilombakan
dalam GIM oleh Balai Bahasa Jawa Timur 2015, sungguh saya sangat senang.
Ternyata, mereka cukup banyak yang bakat dalam penulisan puisi ini. Bahkan
banyak pula yang dalam penulisan puisinya sudah berisi kritikan tentang
rusaknya alam, serta pesan agar manusia berlaku baik terhadap alam kepada pembacanya.
Kita simak puisi berikut ini:
KERUSAKAN LINGKUNGAN
Vilonia Jasmine E Ifadi
SDN Buduran
kau yang kini tertawa
bermandikan harta
berkawankan kemewahan
dari mana kau dapatkan semuanya
dari
pohon yang kau tebang
dari
hewan yang kau bunuh
dari tanah
yang kian tandus
dari air
yang kian kering
dari
sungai yang kian kerontang
dari
hutan yang kau jadikan kebakaran
dari asap
tebal yang dibakar
apakah kau tak ingat
masih ada anak cucu kita
yang mengharap udara segar
mengharap kesejukan alam
mengharap keindahan dunia
mengharap hijaunya daun
mengharap rindangnya pepohonan
tidaklah
kau sadar
ada
banyak nyawa yang kau ambil
ada
banyak harapan yang kau renggut
wahai
para perusak alam
ingatlah
pada hukum alam
kita
butuh alam yang indah
kita
butuh alam yang sejuk
kita
hidup dalam alam
kita
bergantung pada alam
jagalah alam
seperti kau menjaga rumahmu sendiri
karena alam kita adalah alam anak cucu
kita*
Dalam penulisan puisinya, bahkan Vilonia Jasmine E Ifadi menggunakan repetisi, sehingga puisi ini
menjadi lebih apik dan menarik jika dibacakan. Simaklah bait dua dengan
pengulangan kata ‘dari..’, bait ketiga kata ‘mengharap...’ dan bait keempat ‘ada banyak...’ dan ‘kita butuh...’
Sementara
dalam penulisan puisi yang baik itu, diperlukan kejujuran dan kepolosan
penulisnya. Lebih lagi jika penulisnya itu adalah anak-anak siswa SD, maka
kejujuran itu muncul itu dengan apa adanya. Biasanya, mereka akan menulis apa
yang mereka lihat, dengar, dan rasakan saat mereka bermain. Tanpa rekayasa, dan
sangat apa adanya. Lihatlah puisi-puisi berikut ini:
DI POHON SAWO
KUDENGAR BURUNG BERKICAU
Dyah Cahyaning Pramesti
SD Muhammadiyah 3 Ikrom Wage
Di belakang rumahku
Sebatang sawo tumbuh lebat menghijau
Daunnya yang rimbun
Membuat burung-burung tertegun
Ketika
pagi hari, aku bangun
Di
pohon sawo, kudengar burung berkicau
Burung
pipit ramai bercuit
Burung
kutilang berteriak lantang
Burung
trucukan bersahutan.
Ketika siang hari
Di pohon sawo, kudengar burung berkicau
Derkuku hinggap terus berlagu
Perkutut pun datang bersuara merdu.
Ketika
sawo berbuah
Kicau
burung kian meriah
Mereka
bernyanyi sambil makan buah
Ayo
burung-burung datanglah
Biar
kudengar kicauanmu yang indah.**
TARIAN SEKELOMPOK DAUN
Putu Retno Indriyani Manik
SDN Pucang III Sidoarjo
Kupandangi dedaunan itu
Ia diterpa angin yang kencang
Awalnya mereka tampak menari
Tetapi daunnya gugur satu per satu
Andai
mereka dapat berkata-kata
Mungkin
mereka akan berteriak meminta tolong ‘tuk diselamatkan
Ketika angin kencang bertiup keras
mendorongnya
Goyangan dedaunan itupun semakin
menjadi-jadi, meliuk ke kanan dan kiri
Rintik
hujan pun mulai turun
Membasahi
jalanan yang semua kering kerontang
Dedaunan
itu pun mulai berhenti menari
Namun,
kulihat daunnya semakin sedikit
Bunga-bunga kecil yang tumbuh di
sela-sela merekapun ikut berterbangan,
Hilang tanpa sisa
Akupun berpikir…
Bahwa daun yang menari belum tentu
mencintai angin.***
KE DESA
Mochammad Ariel Sulton
MI TarbiyatusSyarifah
Orang kota!
Pernahkah tuan pergi ke desa
Menghirup udara segar
Baru dicangkul menyegarkan rasa
Pernahkah tuan tegak di tepi sawah
Padi indahkan mata
Pipit bercicit
Riang gembira
Pernahkah tuan duduk di tengah ladang
Dengan peladang bersenda gurau
Menunggu jagung menjadi anggun
Sebelum cangkul pergi mengayun
Pernahkah tuan….
Pernahkah bila tuan ingin mencari
penawar resah
Pergilah tuan, pergi ke desa.*
ALAMKU YANG INDAH
Akyun Nina
SDN Buduran
Gemerisik suara kicauan burung di pagi
hari
Kunyanyikan lagu indah tentang alam
Teriring semilir angin di pagi hari
Membantu terbuai alam nan permai
Alamku, desaku tercinta
Kini hanya dapat kukenang
Setelah deru mesin pengolah batu itu
Merampas indahnya pepohonanku
Membakar tanah yang subur ini, dengan
panas polusimu
Mungkin mereka berkepentingan
Mungkin mereka punya uang
Tapi bukan ini jalan untuk alam
Kini, kudapati udara yang kering
Bersama dedaunan yang kian menguning
Entah kapan lagi dapat kulihat
Alamku yang indah.*
DERAI CEMARA UDANG
Dzikron Fathir R.
SDN Buduran
Angin pantai di sela hujan gerimis
Mendera pelan, sejenak
Berteduh di bawah
Pohon-pohon cemara udang
Kemudian lenyap ke arah timur
Gubuk-gubuk bamboo yang reot
Tanpa atap di tepian jalanan pantai
Pantai ini telah sepi
Hanya beberapa derai cemara udang
Hanya rintik gerimis yang tidak kunjung
reda
Tidak juga menjadi hujan deras
Senja waktu ini
Tiada yang romantika tau membius
kenangan
Ke dalam khayal yang beku
Ada yang berubah
Pantai ini mengubah dirinya menjadi
teduh, hijau
Di beberapa sudut ditumbuhi oleh padang
rumput yang banyak
Ada cemara udang, perahu nelayan yang
sembilan tahun yang
lalu belum kulihat ini, adalah pantai
kenangan.**
Dalam penulisan puisi-puisinya, tampak sekali mereka menulis apa yang mereka
lihat, tentang burung-burung di dekat rumahnya, tentang dedaunan, tentang
desanya, tentang alam nan indah, dan tentang cemara yang mereka lihat. Mereka
menulis kesederhaan dan kejujuran. Sehingga puisinya terasa enak dibaca, dan
bermuatan pesan kepada pembacanya.
Puisi
yang baik adalah puisi yang ditulis dengan kejujuran penulisnya. Puisi yang
baik juga memerlukan irama atau kemerduan bunyi jika dibacakan. Puisi yang baik
adalah puisi yang bermuatkan pesan yang baik bagi pembacanya.
Kelima
puisi yang termuat belakangan ini, sudah mempunyai kriteria tersebut. Sedangkan
puisi-puisi yang lain, sudah cukup baik, namun terkadang masih banyak terlalu
boros dalam menggunakan kata-kata. Misalnya, puisinya tersebut banyak yang
memuat kata-kata berimbuhan, serta seringkali menggunakan kata sambung yang
sebenarnya tidak teramat diperlukan.
Untuk
sekedar saran saja, bagi Adik-adik, usahakan dalam menulis puisi itu
menggunakan kata-kata ‘dasar’, artinya bukan kata yang telah mendapatkan
imbuhan dan akhiran. Jika memungkinkan buanglah kata sambung ‘yang’ atau ‘dan’ dalam penulisan puisinya. Sehingga jadilah puisi yang sedikit
kata, tapi punya banyak makna.
Bagi
yang menang sebagai juara, tidaklah harus merasa besar kepala; dan yang tidak
juara jadikan ini semacam lecutan untuk menulis lebih baik lagi. Semoga di
tahun depan, Adik-lah yang akan jadi juara. Kata orang, kekalahan tahun ini;
hanyalah kemenangan yang tertunda untuk tahun berikutnya.
Kumpulan
puisi anak ini, diharapkan bisa membawa Adik-adik berlatih mem-baca dan menulis
sastra, sekalian bisa dijadikan buku rujukan bagi guru, orangtua,
dan siswa guna membentuk dan mengembangkan karakter budi pekerti mereka.
Terakhir, semoga
itikad baik dari Balai Bahasa Jawa Timur, dalam menyelenggarakan GIM, dan akan membukukan karya-karya yang dihasilkan ini, membuahkan
tumbuhkembangnya penulisan sastra di Jawa Timur. Semoga!
Salam
sastra!
Surabaya, 7 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar