Buku
Puisi Indonesia 1987
di Rumah Budaya Tembi Yogya
di Rumah Budaya Tembi Yogya
Buku
kumpulan puisi yang bertajuk ‘Buku Puisi Indnoesia ‘87’ berisi tulisan para
penyair se-Indonesia, berjumlah 27 penyair se-Indoensia. Mereka itu antara
lain: Acep Zamzam Noor, Ahmadun Yossi Herfanda, Aming Aminoedhin, Arie Joko
Wicaksono, Mathori A. Elwa, Dedet Setiadi, Gunoto Saparie, Jamal D. Rahman,
Remy Novaris DM, hingga Wahyu Prasetya. Buku setebal 276 halaman tersebut,
memuat puisi-puisi mereka para penyair, yang dahulu (tahun 1987) diundang Dewan
Kesenian Jakarta untuk tampil di Taman Ismail Marzuki.” Dan kini bereuni di
Tembi, Yogyakarta.
Para penyairdikenalkan
audiens oleh Remmy. Dari kanan: Mathori, Aming, Dedet,
Remmy, dan Arief Joko
Wicaksono.
Dua
puluh tujuh tahun kemudian, pada tahun 2014, mereka kembali mengumpulkan
puisi-puisi mereka, untuk dikumpulkan dan dibacakan berbagai kota. Tampilan
pertama, pembacaan puisinya kali ini, di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta; pada 5
Januari 2015. “Peluncuran dan baca puisi malam ini, adalah sebagai bukti bahwa
puisi tak pernah mati, dan penyairnya tak pernah lelah menulis puisi. Di
samping ajang silaturahmi, acara ini, juga membuktikan bahwa penyair tetap
eksis menulis puisi. Meski tentunya, akan berbeda tema dalam garap tulisannnya,” kata Umi Kulsum,
sang panitia.
Malam
itu, pendapa rumah budaya ‘Tembi’ sudah dipenuhi audiens yang hadir untuk
menyaksikan acara ‘Sastra Bulan Purnama’
awal tahun di Rumah Budaya Tembi Yogya-karta. Setelah Remmy Novaris DM, sebagai
koordinator , memberikan sambutan serta mengenalkan beberapa penyair yang hadir
malam itu. Dilanjutkan acara pembacaan puisi yang diawali oleh Remmy Novaris
DM. (Jakarta) dengan membaca beberapa puisi. Lantas penyair dari Surabaya,
Aming Aminoedhin, membacakan 3 judul puisi: Surabaya
Ajari Aku Tentang Benar, Berjamaah di Plaza, dan Nyanyian Tanah Garam.
Aming Aminoedhin, baca
puisi di Tembi Rumah Budaya,Yogya.
Gaya
baca puisi Aming, cukup mendapatkan apresiasi para audiens yang hadir, terbukti
mendapat applaus tepuk tangan yang
hadir malam itu. Selanjutnya pembacaan dite-ruskan oleh para penyair lain yang
hadir malam itu, yaitu Dedet Setiadi (Magelang), Arief Joko Wicaksono (Jakarta), Mathori A. Elwa
(Yogya), dan Gunoto Saparie (Semarang).
Para penyair Puisi
Indonesia 1987, selepas baca puisi, berfoto bersama Pak Ons.
Beberapa majalah dan koran lokal Yogya mencatat-beritakan peristiwa
tampilan Penyair Puisi Indonesia 1987.
Sungguh,
acara sastra bulan purnama di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta ini, merupakan
acara silaturhami antarpenyair. Tampak hadir malam itu, penyair senior
Yogayakarta, Iman Budhi Santosa, Bontot Sukandar (Tegal), Ardi Susanti
(Tulungagung), S. Sus Hardjono (Sragen), dan beberapa yang lain.
Menurut Ons Untoro,
penanggung jawab acara sastra bulan purnama ‘Tembi Rumah Budaya’ dikatakan
bahwa, “Kegiatan ini diharapkan bisa mampu menggairahkan dunia sastra di
Indonesia, sekaligus memberikan support positif sastra Yogyakarta, sebagai kota
budaya.”
Malam itu, banyak pula penyair tamu
yang ikut baca puisi, antara lain: Dhenok
Kristianti, Nia Samsihono (Jakarta), Ardi Susanti (Tulungagung), Umi
Azzurantika (Magelang) dan Sashmyta Wulandari (Yogya), serta ada juga beberapa penampilan
musikalisasi puisi, termasuk yang
digarap oleh anak Tegal, pimpinan Bontot Sukandar.
Jadwal yang berikutnya, “Diharapkan
Buku Puisi Indonesia ’87 ini akan juga bisa dibacakan di berbagai kota,
seperti: Jakarta, Surabaya, Bandung, Lampung, Medan, dan kota-kota lain yang
ada penyairnya berdomisili,” kata Remmy Novaris DM sebagai koordinatornya.
Sungguh, ini sebuah perheletan pentas baca puisi yang menyenangkan bagi penyairnya,bisa silaturahmi, dan ngopi bersama seniman lainnya di Yogya. (mat).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar