PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PUISI
ANAK KARYA AMING AMINOEDHIN
(beberapa catatan karya Aming
Aminoedhin sang pecinta dunia anak)
Oleh: Redhitya Wempi Anshori
catatan:
naskah ini ditulis mahasiswa um
saya muatkan di blog saya atas izin penulisnya, 20 juli 3013
semoga bermanfaat bagi pembaca blog ini, atau barangkali bisa dijadikan referensi
terima kasih cak wempi!
(aming aminoedhin)
(aming aminoedhin)
Kreativitas tak henti-hentinya mengalir dari sesosok makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini, anugerah dan bakat yang tersemat dalam jiwa dan raganya mengalir dalam nadi darahnya bakat tentang dunia sastra yang telah digelutinya sejak lama. Sebuah karya yang indah muncul dari imajinasinya akan keindahan anugrah Tuhan kepada makhluk kecil, lucu dan tak berdosa, yaitu anak-anak menjadi inspirasinya untuk menuntun penanya bergerak melukiskan kata-kata yang indah pada sajak-sajaknya. Tidak banyak kita temui penyair atau sastrawan, yang mengangkat dunia anak untuk tema, atau bahkan tujuan penulisan karya tersebut untuk anak-anak. Kebanyakan dari sastrawan selalu mengangkat hal-hal yang berbau politis, kritik sosial, cinta bahkan hal-hal yang remeh-temeh.
Sapardi Djoko Damono pernah menyampaikan kritik sosial di dalam karya sastra itu, seperti lebah tanpa sengat, dan sekarang ini dunia kreatifitas kita terbelenggu pada situasi yang absurd. Setiap orang berlomba-lomba untuk membuat karya yang dianggap aneh bahkan menyimpang sehingga karyanya disebut berbeda dengan yang lain, tapi sosok Aming Aminoedhin masih setia dengan puisi tentang anak-anak, mengangkat tema-tema tentang pendidikan karakter untuk anak-anak. Proses kreatif yang timbul melalui setiap sajak-sajaknya merupakan harmonisasi kata yang indah, membentuk unsur metafora yang indah pula, dengan kata-kata yang secara semantis tidak berbelit-belit, unsur kata yang penuh dengan renungan untuk pembaca terutama anak-anak.
Kumpulan sajaknya yang berjudul ‘Sajak Kunang-Kunang dan Kupu-Kupu’ yang diterbitkan oleh Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS) pada tahun 2008.
Pada karya inilah yang akan
dikupas habis hingga akar-akarnya tentang proses kreatifnya, dan juga tentang
sejauh kecintaannya terhadap dunia anak sehingga dapat menghasilkan karya
spektakuler untuk anak-anak Indonesia khususnya. Aming Aminoedhin merupakan sosok
ayah, yang sangat perduli terhadap anak-anaknya. Inii terbukti dengan
menjadikan anak-anaknya sebagai inspirasi penciptaan sajak dalam
puisi-puisinya. Dalam sajak-sajaknya juga ia tulis pengalaman masa kecilnya,
yang mungkin dengan sengaja sebagai proses berbagi inspirasi untuk anak-anak
zaman sekarang.
Sosok Aming Aminoedhin
Mungkin sebagian dari kita masih
belum mengenal secara jelas sosok ini, sosok sastrawan dari Jawa Timur yang
mungkin belum seterkenal WS. Rendra, Chairil Anwar Sapardi Djoko Damono, dan
lain sebagainya. Tapi sumbangsihnya terhadap karya sastra mungkin dikatakan
hampir sama perannya, atau bahkan mungkin lebih, karena kebanyakan sastrawan
jarang sekali yang mengangkat tema kepolosan dan kecerian dunia anak sebagai
proses kreatifnya.
Kebanyakan dari mereka lebih mengangkat dunia kritik sosial dan cinta. Katakanlah Rendra pernah sesekali mengangkat dunia anak dalam beberapa sajaknya, tapi dengan maksud dan tujuan yang berbeda, konteks anak dalam puisi Rendra mungkin berbeda, konteks anak dalam puisi-puisi Rendra digunakan sebagai metafor untuk menunjukkan makna tertentu yang fungsinya tetap menunjukan ciri khasnya sebagai kritikus sasial lewat karya sastra seperti dalam puisi-puisi pamfletnya.
Keadaan yang berbeda ditunjukkan oleh sosok Aming yang datang dengan membawa suatu suasana yang baru, yang berbeda dengan tema-tema yang ditulis sastrawan pada zaman itu, dia datang dengan membawa bekal kecintaan terhadap dunia anak-anak dengan kepolosan dan kelucuan tingkah yang tak terduga, dan sulit ditebak seperti sajak yang ia tulis pada bagian depan sampul kumpulan puisinya “Sajak Kunang-kunang dan Kupu-kupu” yang mendeskripsikan tentang anak-anak.
Kebanyakan dari mereka lebih mengangkat dunia kritik sosial dan cinta. Katakanlah Rendra pernah sesekali mengangkat dunia anak dalam beberapa sajaknya, tapi dengan maksud dan tujuan yang berbeda, konteks anak dalam puisi Rendra mungkin berbeda, konteks anak dalam puisi-puisi Rendra digunakan sebagai metafor untuk menunjukkan makna tertentu yang fungsinya tetap menunjukan ciri khasnya sebagai kritikus sasial lewat karya sastra seperti dalam puisi-puisi pamfletnya.
Keadaan yang berbeda ditunjukkan oleh sosok Aming yang datang dengan membawa suatu suasana yang baru, yang berbeda dengan tema-tema yang ditulis sastrawan pada zaman itu, dia datang dengan membawa bekal kecintaan terhadap dunia anak-anak dengan kepolosan dan kelucuan tingkah yang tak terduga, dan sulit ditebak seperti sajak yang ia tulis pada bagian depan sampul kumpulan puisinya “Sajak Kunang-kunang dan Kupu-kupu” yang mendeskripsikan tentang anak-anak.
Anak adalah yang tak
pernah lelah bergerak
Anak adalah kertas
putih tanpa noda
Dunia anak adalah
dunia bermain gerak
Dunia anak adalah
dunia tanpa dihantui kata dosa
Dunia anak adalah
dunia tanpa tepi
(Aming Aminoedhin, 2008)
Seperti dalam kutipan pembukaan
dalam kumpulan puisinya, gambaran anak yang dibayangkan Aming sebagai inspirasi
untuk menulis sajak-sajak tentang anak. Kepolosan, gerak bebas seorang anak
yang menuntun penanya untuk menggembala metaforanya ke dalam ladang penulisan
sajak yang indah. Sumbangsihnya terhadap dunia sastra mungkin boleh dikatakan
sudah cukup lama dalam mengarungi samudra sastra beserta gelombangnya, karena
Aming bergelut di dunia sastra sejak tahun 1982.
Untuk pembuktiannya lagi
tentang sosok Aming bahwa dunia sastra telah melekat dalam jiwanya, ia pernah
menimba ilmu bahasa dan sastra Indonesia di bangku kuliah untuk menajamkan, dan
mematangkan konsep dan teorinya dalam dunia sastra. Dia menimba ilmu pada
Fakultas Sastra - Universitas sebelas Maret Surakarta (UNS) semasa kuliah dia
juga aktif dalam kegiatan teater bahkan pernah mendapat predikat “aktor
terbaik” Festival Drama se-Jawa Timur tahun 1983, dari paguyuban ‘Teater
Persada’ Ngawi. Aming merupakan sosok yang berperan penting dalam dunia sastra
di wilayah Surabaya, dan Jawa Timur khususnya.
Ini terbukti bahwa ia pernah menjabat Biro Sastra - Dewan Kesenian Surabaya, ketua HP-3-N (Himpunan Pengarang, Penulis, dan Penyair Nusantara) Jatim, koordinator FASS (Forum Apresiasi Sastra Surabaya), dan penggagas kegiatan ‘Malam Sastra Surabaya’ atau yang disingkat “Malsasa” di Dewan Kesenian Surabaya.
Ini terbukti bahwa ia pernah menjabat Biro Sastra - Dewan Kesenian Surabaya, ketua HP-3-N (Himpunan Pengarang, Penulis, dan Penyair Nusantara) Jatim, koordinator FASS (Forum Apresiasi Sastra Surabaya), dan penggagas kegiatan ‘Malam Sastra Surabaya’ atau yang disingkat “Malsasa” di Dewan Kesenian Surabaya.
Bahkan untuk membuktikan
bahwa dia bukan orang sembarangan di dunia sastra, dia pernah dijuluki atau
diberi predikat “presiden penyair jawa timur” oleh doktor kentrung Suripan Sadi
Hutomo, almarhum. Dari banyaknya pengalaman yang telah ia dapat dalam dunia
sastra, khususnya sastra Indonesia, dia sering kali mengisi ceramah atau
seminar-seminar tentang sastra Indonesia di wilayah Jawa Timur. Sudah sangat
terbukti kredibilitasnya, dalam dunia sastra tidak hanya isapan jempol belaka.
Dalam dunia puisi anak, yang notabene merupakan sebuah eksplorasi batin
pengarang yang dirasakan ketika, yang bersangkutan menjadi anak-anak, atau
bahkan melalui proses pendekatan terhadap dunia anak, telah diramu menjadi
sebuah sajak-sajak dengan bahasa sederhana, dengan bahasa anak-anak yang mudah
dipahami oleh anak-anak. Pada hakikatnya penciptaan karya sastra harus memenuhi
kegunaan praktis, baik sebagaimana sarana menumbuh-kembangkan kreativitas,
sarana menanamkan nilai-nilai moral dan karakter, dalam bahasa teknisnya karya
sastra ini harus memenuh unsur dulce dan utile yang artinya keindahan dan
kebermanfaatan.
Secara garis besar memang karya-karya Aming Aminoedhin sangat cocok digunakan untuk memupuk nilai moral, nilai-nilai sosial anak, yang sekarang dunia pendidikan gadang-gadangkan sebagai pendidikan karakter melalui karya sastra, yang pada hakikatnya merupakan kapling dari orang-orang pengampu pendidikan agama. Dengan seiring berkembangnya zaman, kebutuhan pendidikan karakter menjadi sangat dibutuhkan untuk mengatasi kebobrokan zaman yang tergerus oleh modernisasi yang tidak bisa dihentikan lajunya, yang terkadang modernisasi ini menjadi sesuatu yang tidak cocok dengan budaya Indonesia, tapi karena proses bombardir pengaruh yang begitu dahsyatnya mau tidak mau laju modernisasi harus diterima dengan konsekuensi banyak nilai-nilai budaya yang hilang dan tergerus oleh proses ini.
Secara garis besar memang karya-karya Aming Aminoedhin sangat cocok digunakan untuk memupuk nilai moral, nilai-nilai sosial anak, yang sekarang dunia pendidikan gadang-gadangkan sebagai pendidikan karakter melalui karya sastra, yang pada hakikatnya merupakan kapling dari orang-orang pengampu pendidikan agama. Dengan seiring berkembangnya zaman, kebutuhan pendidikan karakter menjadi sangat dibutuhkan untuk mengatasi kebobrokan zaman yang tergerus oleh modernisasi yang tidak bisa dihentikan lajunya, yang terkadang modernisasi ini menjadi sesuatu yang tidak cocok dengan budaya Indonesia, tapi karena proses bombardir pengaruh yang begitu dahsyatnya mau tidak mau laju modernisasi harus diterima dengan konsekuensi banyak nilai-nilai budaya yang hilang dan tergerus oleh proses ini.
Untuk melawan reaksi tersebut memerlukan serangan
dalam beberapa lini, termasuk memberdayakan karya sastra untuk memberikan
nilai-nilai karakter. Berbicara mengenai puisi anak, mungkin ini terobosan yang
menarik untuk memperkokoh pendidikan karakter yang ditanamkan ke dalam karya
sastra khususnya puisi. Mungkin tujuan ini yang akan dilakukan oleh Aming
Aminoedhin sebagai presiden sastra yang harus bisa memberdayakan sesuatu, yang
ia tekuni sejak lama memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsa dan
Negara. Dengan karya yang tidak banyak sastrawan Indonesia lakukan, yang
mengangkat dunia anak sebagai tema dalam pembuatan karyanya.
Pendidikan Karakter Melalui Puisi
Mungkin sebagian dari kita semua
sudah tidak asing lagi mendengar kata pendidikan karakter, baik di lingkup
keluarga atau bahkan di lingkungan pendidikan. Pendidikan karakter yang kini
sedang digalakkan oleh Pemerintah dengan cara menggerakan setiap unsur dan
elemen pemerintahan dari segi pendidikan dan kebudayan.
Pemerintah melakukan
hal ini karena bangsa ini sedang mengalami krisis moral, krisis sosial, dan
krisis nurani. Negara ini yang dikenal dunia dengan negara multikultural yang
sangat menghargai keberagaman dan sangat menjunjung tinggi nilai toleransi,
ternyata sudah mulai terkikis habis sedikit demi sedikit. Adapun yang tersisa sekarang tinggal kebobrokan
moral yang sekarang dalam proses penyembuhan dan perbaikan, dari berbagai lini
dengan merevitalisasi pendidikan karakter yang digalakan pada generasi muda
termasuk dalam dunia pendidikan.
Dalam hal ini terdapat terobosan baru tentang
pendidikan karakter melalui karya sastra. Sadar atau tidak suatu pendidikan
moral yang disisipkan melalui suatu karya itu akan berdampak positif pada
penikmatnya, pada proses ini akan terjalin komunikasi satu arah antara penulis
karya dengan pembaca, terjalin transfer kode-kode yang dituliskan, dan akan
diserap melalui pembaca dengan skemata yang dimilikinya kemudian secara
bersamaan akan memengaruhi alam bawah sadar pembaca dalam kegiatan inilah
proses pengaruh terjadi.
Pembaca akan meresapi setiap makna, dan pesan dalam
karya, serta sadar atau tidak ini akan mengontrol perilakunya dalam segala hal,
baik dari segi tindakan maupun sikap. Mungkin hal inilah yang disadari oleh
sosok Aming sebagai orang yang bergelut di dunia sastra, dia ingin menjadikan
karyanya sebagai penyambung pendidikan moral, bagi anak-anak yang membaca
karyanya. Melalui puisi-puisinya, Aming memberikan pesan-pesan lewat metafora
sederhana yang ditata rapi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak.
Tampaknya Aming sadar betul melalui puisi ini yang disisipi pesan-pesan moral
akan membuat anak lebih menerapkan pesan yang telah ia terima dari pada omelan
atau tuturan langsung dari orang tuanya. Dalam puisinya yang terdapat dalam
kumpulan “Sajak Kunang-Kunang dan Kupu-Kupu” Aming banyak menyisipkan
pesan-pesan moral yang sangat berguna, bagi anak-anak yang membaca untuk
memperdayakan pendidikan karakter melalui karya sastra. Dalam konteks ini
adalah puisi, seperti yang terdapat dalam puisi berikut:
FAJAR SUBUH
memerah warna langit ditimur
ada perasaan mengucap puji syukur
berarti fajar subuh telah tiba
adzan berkumandang berirama
indah terdengar di telinga
suara sipakah itu?
mengajak lebih baik sholat
dari pada tidur mendengkur
Ibuku telah bermukena putih
bersama rukuhnya, sedang
Ayah bersarung kopiah
tanpa perduli dingin cuaca
Tanpa peduli embun jatuh
menyentuh
di belakangnya, aku bersarung
sendiri
ikut melangkah pasti
fajar subuh dingin menyentuh
di masjid tua itu, sholat subuh
berjamaah
lantas melantunkan doa-doa
bersama Ibu Bapak
dengan khusuk dengan suntuk
Ngawi,
1987
dalam puisi tersebut jelas dapat dilihat, bahwa maksud
penulis adalah menanamkan nilai-nilai agama atau religius kepada anak-anak
secara eksplisit dengan bahasa yang mudah, dan indah tanpa bermaksud bersifat
menggurui dengan disajikan rangkaian kalimat sebagai modeling, bahwa ada
seorang anak yang menceritakan kisahnya ketika sholat shubuh di masjid bersama
ayah ibunya.
suara siapakah itu?
mengajak lebih baik
sholat
dari pada tidur
mendengkur
Pada kutipan di atas jelas sebagai nilai yang dapat
digunakan untuk menyadarkan sisi kejiwaan dari seorang anak dengan membaca bait
dari puisi tersebut, bahwa sholat itu lebih baik, dan lebih mendapatkan pahala
yang banyak dari Tuhan dari pada anak yang di waktu sholat hanya tidur.
Nilai Kasih Sayang dalam Puisi
Dalam kutipan puisi berikut terdapat nilai kasih
sayang, yang mencoba ditanamkan oleh Aming Aminoedhin sebagai sarana penyambung
nilai-nilai melalui karya sastra.
KADO ULTAH ADIKKU
Saat sekolah telah pulang
aku lihat di halaman sekolah
masih ada penjual ikan koki
berdagang
Kuraba saku, masih tersisa uang
sakuku
Guna membeli seekor koki
Di dalam plastik
berisi air, berenang melonjak
si koki tampak senang sekali
Tiba di rumah
kuberikan koki pada Adikku
sebagai kado ultahnya hari ini
betapa riang adikku
melonjak-lonjak girang bagai si
koki
Mojokerto, 10/7/1999
Dari puisi tersebut jelas terlihat, nilai kasih sayang
yang ditanamkan oleh penulis kepada pembaca dalam hal ini adalah anak-anak.
Kasih sayang yang digambarkan seorang kakak kepada adiknya yang penuh cinta dan
kasih sayang. Seorang kakak yang ingat hari ulang tahun adiknya, dengan
ditambah merelakan uang sakunya untuk dibelikan kado untuk adiknya yang sedang
berulang tahun. Meskipun dengan kado yang sederhana berupa ikan mas koki.
BUKU ITU GUDANG ILMU
Di dalam buku
kubaca segala ilmu
dari soal bahasa, tatakrama
sastra, dan juga matematika
Buku adalah sahabatku
kubaca setiap waktu
saat istirahat sekolah
dan juga saat libur sekolah
Buku, kata Mamaku
adalah gudangnya ilmu
maka membaca buku
seperti membuka
jendela dunia, semua
ilmu kau pasti akan tahu
Mojokerto, 19/10/1999
Dari puisi tersebut, maksud penulis ingin
menyampaikan, dan mengajarkan kepada anak-anak untuk menjadi seorang yang rajin
membaca, karena buku merupakan gudangnya ilmu, jendela ilmu pengetahuan. Dari
puisi tersebut dapat ditarik suatu pembelajaran untuk anak-anak supaya untuk
menjadi anak yang pandai harus sering membaca buku, dengan membaca buku akan
tahu tentang dunia. Dari segi bahasa penulis menggunakan bahasa yang lugas
dengan di sisipi beberapa metafora yang sederhana yang masih mudah dipahami
oleh anak-anak.
Puisi tersebut mempunyai sambungan dengan puisi yang lain yang
diciptakan Aming, yaitu pada puisi yang berjudul “Jendela Dunia” puisi ini
merupakan sambungan dari puisi di atas, karena secara makna dan judul mempunyai
korelasi kontinuitas. Berikut ini adalah puisinya:
JENDELA DUNIA
Almari Bapakku
dipenuhi buku
kata Ibu, semua
buku-buku itu
adalah jendela dunia
jika aku mau baca
Segala ilmu akan
kusua
Ternyata benar, kata
Ibu
selepas buku-buku
kubaca
dunia tampak ada di
sana
ada yang hitam dan
putih
ada yang senang dan
sedih
Jadi kawan!
bacalah buku agar kau
bertemu segala ilmu
Baca dan bacalah buku
karena buku adalah
jendela dunia
sejuta ilmu pasti kau
sua
Mojokerto, 19/10/1999
Secara semantis atau makna dari puisi tersebut
mempunyai makna yang berkelanjutan dengan puisi yang berjudul “Buku itu Gudang
Ilmu” karena memang puisi ini merupakan puisi yang sengaja dibuat secara
bersambung. Secara pesan atau amanat yang terkandung juga memiliki kesamaan,
yaitu penulis ingin menyampaikan kepada anak-anak dengan membaca buku mereka
akan tahu dunia, karena buku adalah jendela dunia.
Aming menggunakan bahasa
yang lugas juga dalam puisi ini, dengan sedikit sentuhan metafora dan makna
kias yang tidak terlalu berat untuk anak-anak.
Penutup
Seorang sastrawan dari Jawa Timur
yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia seni khususnya dunia sastra, telah
membawa sosok ini pada sebuah karya masterpiece yang dipersembahkan khusus, untuk
dunia anak-anak. Puisi-puisinya sangat berguna bagi tumbuh kembang anak
Indonesia, sebagai calon penerus bangsa, karena terdapat muatan pendidikan
karakter di dalam puisi-puisi yang ia ciptakan. Tidak banyak sastrawan
Indonesia yang khusus menulis puisi untuk anak-anak, karena kebanyakan
sastrawan besar lebih menekankan penulisan karya-karyanya pada kritik sosial,
cinta, dan hal-hal yang berbau politis yang sudah umum sastrawan lakukan untuk
menyuarakan teriakan-teriakan orang banyak melalui media karya.
Pada posisi
ini, Aming Aminoedhin lebih memilih
alternatif lain dalam hal tema, untuk menulis puisi yang tentunya lebih
berguna, seperti yang telah diketahui tidak banyak puisi untuk anak-anak dan
hal menyebabkan ketidak-seimbangan dalam proses pengkaryaan khususnya dalam konteks
ini puisi. Banyak anak-anak dalam perlombaan membaca puisi menggunakan
puisi-puisi untuk remaja yang bertemakan cinta, dan bahkan puisi-puisi untuk
orang dewasa. Ini merupakan ironi yang harus dihindari, berangkat dari hal itu
Aming Aminoedhin memutuskan untuk menulis puisi untuk anak-anak yang disisipi
pendidikan karakter, pendidikan moral, pendidikan agama dan lain sebagainya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar