road show baca puisi
PUISI MENOLAK KORUPSI
pentas pertama di bumi
Bung Karno
Bumi Bung Karno, yaitu kota Blitar adalah
pentas perdana road-show baca ‘Puisi Menolak Korupsi’ dengan mengusung 85
penyair se Indonesia, terkumpul dalam buku berjudul sama. Sedangkan tempat
pentasnya, di perpustakaan nasional Bung Karno, tepatnya di amphiteaternya.
Saat itu cuaca memang tidak bersahabat, langit mendung dan rimis hujan jatuh di
pelatarannya. Namun demikian beberapa penyair, telah siap membacakan
puisi-puisi mereka, yang duduk di balkon-balkon mengelilingi panggung utama.
Hari itu, Sabtu, 18 Mei 2013, seakan Bung Karno ikut mendengarkan kesaksian
para penyair yang menolak korupsi yang kini lagi melanda para pejabat negeri
ini.
Menurut keterangan Sosiawan Leak, koordinator acara, lanjutan pentas road-show akan
digelarpentaskan di kota Tegal, Jawa Tengah; pada 1-2 Juni 2013.
Tak hanya sekedar baca puisi menolak puisi, ada
juga orasi pakar hukum tentang korupsi, lantas orasi sastra puisi soal korupsi,
oleh Ahmadun Yossie Herfanda. Ada
juga sambutan kepala Perpustakaan Bung Karno, dan Wali Kota Blitar ikut
menyambut para penyair yang datang.
Malam yang bersama gerimis hujan itu, diawali
dengan pentas Kelompok Perkusi Palah
Panil 54, lantas kelompok Panembrama
Sekar Macapat Abdiningsun. Kelompok panembrama inilah yang barangkali perlu
diapresiasi, sebab mereka terdiri para ibu-ibu dan bapak-bapak yang tetap
konsisten menumbuhkembangkan sastra Jawa. Barangkali mereka, sudah nenek-nenek
dan kakek, tapi semangatnya tetap konsisten mengolah sastra.
Pada backdrop acara malam itu, ada tulisan
besar-besar berbunyi ‘Jika Pemimpin Lupa Sumpah dan Janjinya, Maka Rakyat Wajib
Mengingatkan’ terbaca jelas oleh penonton. Barangkali, para kakek dan nenek
yang ikut tampil panembrama itulah, yang telah mengingatkan, meski dengan
bungkus sastra Jawa.
Dalam orasi sastranya, Ahmadun
Yossie Herfanda, antara lain mengatakan bahwa “Seperti
kita baca, kita dengar, dan kita lihat, bangsa ini sedang berada di dalam zaman
yang -- menurut istilah Ronggowarsito -- sangat pantas disebut sebagai ”zaman
edan”. Zaman di mana kebenaran dijungkirbalikkan, zaman ketika uang dan
kekuasaan menjadi tuhan, zaman ketika para ”garong
berdasi” berpesta merayakan kemenangan, zaman ketika hukum dan kebenaran
diperdagangkan, zaman ketika ayat suci hanya dijadikan kedok untuk menzalimi
rakyat sendiri, zaman ketika pemimpin negeri sudah kehilangan wibawa dan tak
tahu harus berbuat apa.”
Untuk itulah, malam itu mereka para penyair
dari berbagai daerah di Indonesia, hadir dan tampil membacakan puisi-puisinya,
untuk menolak korupsi. Meski mungkin, tak terdengar oleh para koruptor berdasi
itu, tapi harapannya bisa mengingatkan orang-orang yang ingin atau tergoda jadi
koruptor. Sehingga mereka tidak jadi korupsi.
Para penyair itu antara lain: Acep Syahril (Indramayu), Ahmadun Y. Herfanda (Jakarta), Ali Syamsudi Ali (Banjarbaru), Sus
Hardjono (Sragen), Ayu Cipta (Tangerang), Sulis Bambang (Semarang), Ardi Susanti (Tulungagung), Kuncahyono PS (Wonosobo), Aming Aminoedhin dan R. Djoko Prakosa (Surabaya), Jumari
HS (Kudus), Eka Pradaning dan Dedet Setiadi (Magelang), Ekohm
Abiyasa (Karanganyar), Lennon Machali (Gresik), Suyitno Ethexs (Mojokerto), Zainul
Walid (Situbondo), dan banyak lagi.
Sedangkan penyair tuan rumah, kota Blitar: Andreas
Edison, Bagus Putu Parto, Puput Amiranti, dan W. Haryanto.
Acara malam
itu cukup hikmat, dan tampilan beda mereka, dengan gaya bacanya
sendiri-sendiri, sehingga menambah keragaman model baca puisi. Leak Sosiawan, sebagai koordinator dan
sekaligus pengatur laku pembacaan puisi, menampilkan tiga penyair bareng di
atas panggung. Sungguh sebuah pertunjukan baca puisi yang cukup menawan.
Selepas acara baca puisi, pas tengah malam
(pukul 24.00. WIB) dilanjutkan dengan berdoa bersama di makam Bung Karno, sang
proklamator negeri ini. Doanya, semoga korupsi segera sirna dari bumi ini,
Indonesia tercinta. Doa dipimpin oleh Zainul Walid, penyair asal Situbondo. (mat)***
1 komentar:
Ijin reposting pak Aming,
http://gerakanpuisimenolakkorupsi.blogspot.com/2013/06/road-show-baca-puisi-puisi-menolak.html
Salam hangat. Do'a kuat!
Posting Komentar