NASKAH-NASKAH
PUISI
FESTIVAL
MUSIKALISASI PUISI
PEKAN SENI
GURU SE-JATIM 2012
TANAH
AIR MATA
Oleh : Sutardji Calzoum Bachri
Oleh : Sutardji Calzoum Bachri
Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur
tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata
(1991)
PERSETUJUAN
DENGAN BUNG KARNO
Chairil Anwar
Ayo
! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh1954
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh1954
Akhudiat
JANGAN
MENANGIS, INDONESIA
bencana
dan keberuntungan silih berganti
jangan
menangis, indonesia
malang
dan mujur silih berganti
jangan
menangis, indonesia
kejayaan
dan keruntuhan silih berganti
jangan
menangis, indonesia
manis
dan pahit
susah
dan senang
sakit
dan bahagia
lapar
dan kenyang
silih
berganti
jangan
menangis, indonesia
tak
ada puasa terus-menerus
tak
ada pesta terus-menerus
pesta
akan ditagih ongkos kenikmatan
puasa
akan temukan hari lebaran
jangan
menangis, indonesia
tawa
dan tangis silih berganti
Surabaya,
01 Januari 2005
tengsoe tjahjono
POHON
DI TENGAH GELOMBANG
tak
ada yang tahu sejak kapan pohon itu tumbuh di situ
tak
ada tanda-tanda akar, atau lingkar tahun, atau serpihan
daun.
hanya
huruf-huruf
raksasa tertanam di penampang gerigi tubuh:
gagal
kamu menciumku
tak
ada yang tahu sejak kapan pohon itu menegak di situ
dipukuli
gelombang, dilecut api matahari
tubuhnya
berkilat oleh selaput garam
ia
prasasti bagi hari kemarin yang remuk
tak
ada yang tahu sejak kapan pohon itu menangis di situ
di
lingkar riuh ombak dan derai angin
di
lengkung pelangi dari sisa gerimis yang ranum
“ia
merasa sepi di tengah debur ombak yang permai”
Sumenep,
Mei 2010
(Dari:
Slopeng, sekumpulan puisi Tengsoe Tjahjono, hal. 31)
AUNG
SAN SUU KYI
Goenawan
Mohamad
Seseorang
akan bebas dan akan selalu
sehijau kemarau
sehijau kemarau
Seseorang
akan bebas dan sehitam asam
musim hujan
musim hujan
Seseorang
akan bebas dan akan lari
atau letih
atau letih
Dan
langit akan sedikit dan bintang
beralih
beralih
Dan
antara tiang tujuh bendera dan pucuk pucat
pagoda
pagoda
Seseorang
akan bebas dan sorga akan
tak ada
tak ada
Tapi
barangkali seseorang akan bebas dan memandangi
tandan yang terjulai
tandan yang terjulai
Tandan
di pohon saputangan, tandan di tebing jalan
ke Mandalay
ke Mandalay
1996-1997
aming
aminoedhin
OEMAR
BAKRI MASA KINI
*
atas lagu Iwan Fals
Hari-hari
seperti memburu, pagi tak jadi pagi
Mengajar
di kelas hanya berupa instruksi
Malam
serasa melayang buat satuan pelajaran esok hari
Padahal
akun facebook belum juga dijenguk
Sejuta
kawan maya pasti komentar berjuta kata
Lantaran
syarat sertifikasi belum kelar hari ini
Padahal
sekolah mengejar semua tanpa kompromi
Oemar
Bakri masa kini tak lagi jadi naik sepeda butut
Nongkrong
di atas mobil mengkilat, tetap ngebut
meski
kredit belum juga berhenti. Meski tas, tak lagi kulit buaya
tapi
laptop bersama modem tetap on setiap hari
Oemar
Bakri masa kini, tak mau kompromi
tetap
jaga gengsi. Meski utang menggunung tak peduli
tetap
tak tertinggal berita hari ini
Oemar
Bakri masa kini
Di
kelas usai beri instruksi, buka laptop
lihat
berita hari ini. Meski lebih banyak waktu disita
chatting
via facebook. Meski lebih banyak
berjamaah
di dunia maya tanpa henti. Rembug
dari
mimpi ke mimpi tak terjangkau tak tergapai
meski
telah lama jadi obsesi
Oemar
Bakri masa kini
Menulis
puisi di dunia maya tanpa henti
Dari
hari ke hari
Sidoarjo,
12/4/2011
(dari:
Buku Puisi Malsabaru, FSBS -2011, halaman 7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar