Selintas Catatan Komunitas Sastra “Sinji”
oleh: af. tuasikal
waktu itu senja telah meremang tampak di ujung seberang jalan, bisa juga disebut dengan remang senja atau senja merembang. sesekali kereta api lewat begitu lambat, terkadang cepat seperti tak mau terlambat. ada tiga cangkir kopi panas telah tersedu. lantas kopi itu, menawarkan sesuatu tentang warna merah jingga, bersama hembus angin senja membuat kami bertiga: af. tuasikal, sarjiyo godean dan rahmidi harto utomo, tiba-tiba muncul emosi hati menelorkan obsesi. gitar terpetik ikuti lentik jari-jemari sekan menari-nari tanpa arti. ada kemudian bibir bergetar menyuarakan sebuah puisi, lantas berteriak, serentak membentuk musikalisasi puisi asal bunyi.
meski teriak kami asal bunyi, tanpa kita sadari, semua hadir mengalir dari sebuah puisi jawa (geguritan) karya senior kami aming aminoedhin.* guritan itu bertajuk “tanpa mripat”.
apa pun bentuk suara musikalisasi puisi itu, tapi niat kami yang pertama, bagaimana menyambut kehadiran sang presiden penyair jawa timur untuk minum kopi bersama. agar tampak beda tak seperti biasa, dari waktu ke waktu dari itu ke itu, minum kopi dan merokok bersama, lantas makan makan pisang dan pohong goreng.
senja itu memang agak lain. ada sesuatu yang telah terasa jadi terjalin.
sebuah musikalisasi guritan, sederhana tapi nyata adanya.
aming aminoedhin, si empunya guritan, jadi sangat tertarik dengan aksi-aksi kami bertiga, lantas ikut bergabung mendukung. bahkan sekaligus menjadi motor penggerak komunitas ini. tidak cuma aming, ada juga anang sp santosa ikut memperkuat tampilannya. kemudian kami semua sepakat memberi nama komunitas itu, bernama “sinji “ yang berasal dari akronim siwalanpanji, sebuah nama desa yang terletak di buduran, sidoarjo.
komunitas sastra ‘sinji’ resmi lahir pada tanggal 24 oktober 2006. minggu pertama setelah sinji lahir, kami tampil pentas di kantor kami sendiri balai bahasa surabaya, minggu berikutnya ‘sinji’ pentas di launching antologi ‘buku mojokerto dalam puisi’, dua minggu berikutnya ‘sinji’ memasuki ranah taman budaya jawa timur berpentas di gedung cak durasim.
satu bulan setelah itu ‘sinji’ pentas di depan forum para guru-guru kpi (konsorsium pendidikan islam) surabaya. pernah pula pentas di ‘purnama sastra’ yang di gelar di fbs – unesa, lidah wetan, surabaya. pernah juga menjadi bintang tamu acara sastra teater smkn 9 surabaya di balai pemuda surabaya
‘sinji’ tak hanya pentas di negeri sendiri, tapi juga di luar kota: festival sastra buruh di blitar, dan pekan seni dan olah raga pelajar smk se-Indonesia di malang.
terakhir ‘sinji’ pentas kembali memeriahkan bedah buku antologi puisi “Surabaya-714 Malsasa 2007” yang di gelar di toko buku diskon togamas, jalan diponegoro 9 surabaya.
lantas sampai kapankah ‘sinji’ akan terus beraksi? sebuah tanya yang terus memompa kami untuk terus selalu bermain dan beraksi.
* presiden penyair jawa timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar