MENULIS DAPAT DUIT DAPAT ANGKA KREDIT*
oleh: Drs. M. Amir Tohar
Pengantar
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dipergunakan oleh bangsa Indonesia, sebagai bahasa persatuan, bahasa Nasional, dan bahasa Negara. Bahkan bahasa Indonesia juga dijadikan bahasa pengantar bagi guru dan dosen untuk mengajar di dalam ruang kelas masing-masing.
Melalui bahasa Indonesia ini pulalah, kita (suku-suku bangsa yang begitu banyak di Indonesia), bisa saling berkomunikasi secara mudah. Bahkan melalui bahasa Indonesia ini pulalah, persatuan antarsuku bangsa di Indonesia bisa terjalin dengan indah. Bahasa Indonesia juga diajarkan ke semua siswa, di semua jenjang pendidikan di Indonesia, baik dari tingkat Sekolah Dasar, Menengah, hingga ke tingkat mahasiswa.
Berawal dari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia mempunyai fungsi majemuk, menjadi bahasa persatuan, bahasa negara, bahasa resmi, bahasa penghubung antar-individu, bahasa pergaulan, dan yang tak kalah pentingnya sebagai bahasa pengantar di semua sekolah di Indonesia (Rayahu, 2007:7).
Tulis-Menulis
Kegiatan tulis-menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar-mengajar, termasuk di dalamnya adalah para guru. Mereka sering dituntut menyusun makalah, laporan atau tulisan lain untuk kepentingan sekolah, atau bahkan untuk kenaikan pangkat seseorang guru.
Kebanyakan mereka tidak tahu persis aturan dalam menyusun makalah ataupun laporan, namun seorang guru akan dengan patuh mengerjakannya, guna kepentingan tersebut.
Sebenarnya apabila seorang guru merasa kesulitan saat menulis dapat dikatakan wajar, atau mungkin tidak wajar. Hal ini wajar bisa terjadi, mengingat bahwa seorang guru tugasnya adalah mengajar, bukan menulis (terkecuali guru Bahasa Indonesia). Pekerjaan menulis pun merupakan aktivitas yang kompleks, dan membutuhkan kemampuan dan ketrampilan berbahasa yang memadai. Tidak wajar, karena seseorang guru, biasanya lulusan sarjana, sehingga mereka pasti pernah menuliskan makalah dan skripsi, pada waktu menempuh kuliahnya.
Untuk mampu menulis seseorang umumnya sudah paham terhadap apa yang hendak ditulis. Kemudian menemukan sumber informasi (buku, jurnal, artikel, dsb.) yang mendukung, membacanya secara cermat dan mampu menemukan hubungan berbagai masalah yang hendak ditulis. Menuangkan dalam kalimat demi kalimat yang utuh serta menyuntingnya, baik dari aspek kebahasaan maupun pengorganisasian gagasan.
Beberapa cara membuat tulisan/makalah seharusnya melalui:
1. Menulis seharusnya telah punya topik persoalan yang disepakati/ditentukan agar penulis bisa mencari, menyerap serta menguasai masalah seluas-luasnya yang akan ditulis.
2. Menulis dengan cara mampu bernalar, menghubung-hubungkan dan membandingkan fakta yang barangkali pada seseorang yang tidak pernah menulis akan kurang mampu bisa melakukannya.
3. Seseorang harus mampu mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Hal ini akan berbeda jauh apabila kita menyampaikan gagasan dalam bentuk lisan/ujaran. Berbahasa secara lisan berkecenderungan menggunakan bahasa percakapan/sehari-hari yang kadang menjadikan berlarut-larut dan carut-marut, kurang sistematis. Berbeda dengan bahasa tulisan, yang cenderung menggunakan bentuk baku dan resmi serta efektif karena telah disunting sebelumnya. Dalam menulis, seseorang diajak untuk belajar lebih aktif., serta dituntut mampu menemukan berbagai informasi dan memecahkan masalah. Menulis juga melatih dan membiasakan berbahasa secara tertib.
Menulis di Koran dan Majalah
Di dalam menulis, seseorang guru sebaiknya menulis artikel apa saja yang berhubungan dengan tugasnya, yaitu bicara soal dunia pendidikan. Ada banyak hal yang harus bisa kita tulis dalam hal ini, misalnya saja: persoalan lingkungan hidup di sekolah, cara belajar siswa yang efektif, kepramukaan, kegiatan ekstra kurikuler sekolah, koperasi siswa, cara mengajar di dalam kelas, kantin kejujuran di sekolah yang tanpa penunggu, dan masih banyak lagi.
Menulis, apa lagi bila tulisan itu akan dikirimkan sebuah koran atau majalah, seharusnya tidak harus terlalu panjang, akan tetapi tema dan permasalahan yang diangkat adalah masalah aktual.
Sebagai ilustrasi, beberapa waktu yang lalu, ada seko-lah yang diberi label 'SMAN 3 Jakarta dengan sebutan SMA Anti Korupsi Diponegoro', yang jika tidak salah diresmikan oleh Menteri Dekumham atau Kejagung. Kemudian wilayah Provinsi Jawa Timur, tepatnya di SMAN 3 Sidoarjo, baru saja diresmikan 'Kantin Kejujuran' oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Peresmiannya pada tanggal 9 Desember 2008, di mana pada hari itu adalah “Hari Anti Korupsi se-Dunia.”
Kantin kejujuran ini diharapkan menjadi 'laboratorium moral' dalam mengembangkan pendidikan anti korupsi di sekolah. Kantin kujujuran juga untuk mengembangkan aspek afeksi yang berkorelasi dengan pembentukan sikap, kesa-daran dan keyakinan, bahwa 'anti korupsi' harus dilakukan dalam berbagai bidang di setiap saat dan kesempatan. Termasuk di dalamnya, dunia pendidikan, yaitu para siswa Sekolah Tingkat Atas.
Dalam 'kantin kejujuran' ini proses transaksi jual beli-nya tanpa pengawasan, para pembeli hanya bermodalkan kejujuran. Jika ada uang kembali pun, ambil sendiri.
Persoalan aktual semacam 'Kantin Kejujuran' inilah, yang sebenarnya harus diangkat dalam tulisan, agar tulisan kita bisa termuat di sebuah koran dan majalah. Bisa juga tulisan berupa hasil penelitian, semacam hasil penelitian tindakan kelas (classroom action research), di mana para guru hampir semuanya pernah melakukannya. Tulisan itu bisa juga dirangkum jadi sebuah tulisan yang pendek untuk kemudian dikirimkan ke sebuah majalah atau koran.
Sebab selama ini, jika kita mau jeli bahwa koran harian, hanya akan termuat adalah masalah-masalah aktual yang baru saja menjadi issue masyarakat. Begitu pula jika kita akan mengirimkan ke majalah, yang biasanya terbit, mingguan, dua mingguan, atau bulanan; maka topik atau tema yang akan kita kirimkan adalah masalah aktual minggu dan bulan majalah tersebut terbit.
Menulis artikel pendidikan di koran atau majalah, di samping kita mendapatkan honorarium (duit), tulisan kita juga masih mendapatkan angka kredit.
Koran dan Majalah Apa?
Beberapa kawan guru, banyak bertanya, ke mana tulisan artikel saya kirimkan? Lewat apa saya mengirimkan?
Dan banyak lagi, pertanyaan-pertanyaan menyangkut dunia tulis menulis ini.
Apabila tulisan artikel 'aktual' tersebut sudah jadi dan tinggal kirim, maka jawaban mengirimkannya adalah di koran-koran yang ada di wilayah Jawa Timur dulu. Seperti misalnya: Jawa Pos, Surabaya Post, Surya, Kompas Jawa Timur, dan beberapa koran lainnya. Sedangkan majalah, bisa dikirimkan ke Majalah Media yang dikelola Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur atau majalah lain yang memuat dunia pendidikan.
Pengirimannya bisa lewat Kantor Pos, dengan berprangko, atau sekarang lebih gampang, melalui email masing-masing koran dan majalah tersebut.
Penutup
Demikian beberapa hal yang barangkali bisa dijadikan referensi dalam belajar menulis. Semoga tulisan ini bisa memacu para guru untuk bergairah dalam mencoba menulis artikel di koran dan majalah. Menulis dapat duit dan angka kredit. Semoga tulisan yang termuat di koran dan majalah oleh para guru bisa memberikan gairah penulisan selanjutnya, dan sekaligus memajukan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah masing-masing. Selamat mencoba!
Daftar Pustaka
Aminoedhin, Aming. 2002. Bulan Oktober Bulan Bahasa, (makalah ceramah).
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, Jakarta: PT Grassindo
Santoso, Anang. 2006. Desain PTK Dalam Penelitian Pengajaran Bahasa (makalah ceramah)
Pemda Sidoarjo. 2008. Kantin Kejujuran, Sidoarjo: SMAN 3