Kamis, 26 September 2013

TEMU PENYAIR ANTARKOTA DI BLITAR



SASTRAWAN ANTARKOTA TEMU
DI RUMAH BUDAYA BPP – BLITAR

            September pertengahan tahun ini, tepatnya 14 September 2013, telah diseleng-garakan temu sastrawan antarkota se Jatim, di Rumah Budaya Bagus Putu Parto, Gogodesa, Kanigoro, Blitar. Sejumlah nama sastrawan yang hadir ketika itu: Arim Kamandaka (Ponorogo), Tjahjono Widarmanto (Ngawi), Akhudiat, Wina Bojonegoro, dan Gita Pratama (Surabaya), Aming Aminoedhin (Mojokerto), Rakhmat Giryadi (Sidoarjo), Bagus Putu Parto (Blitar), dan sejumlah penulis aktif dari Tulungagung dan Kediri.
            Perhelatan temu sastrawan antarkota ini, difokuskan pada acara launching buku kumpulan cerpen ‘Catatan Harian Doktorandus Kartomarmo’ karya Bagus Putu Parto, yang diterbitkan SatuKata Publisher, dengan rancangan sampul depan digarap R. Giryadi.
Selain launching buku tersebut, juga dilaunching buku kumpulan puisi ‘Gresla Mamoso’ditulis oleh lima penyair: Tengsoe Tjahjono, Herry Lamongan, Lennon Machali, R. Giryadi, dan Aming Aminoedhin.
Akhudiat, ikut baca puisi yang terdapat di Gresla Mamoso. (foto: lu)*

            Acara dibuka dengan tampilan komunitas macapatan Adiningsun (Blitar), yang terdiri dari para orang-orang tua yang tetap nguri-uri sastra Jawa, melalui macapatan.
            Hadir juga pada acara itu, Prof. Dr. Setya Yuwono Sudikan, guru besar sastra Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dengan memberikan sambutan dan apresiasi tentang kegiatan ini. Selain acara pembacaan salah satu cerpen Bagus PP, yang diawali oleh Herry Langit,  juga ada kata selamat datang oleh tuan rumah, Endang Kalimasada.

Prof. Dr. Setya Yuwono Sudikan, dekan FBS Unesa (foto: lu)*

            Dalam ucapan selamat datangnya kepada para sastrawan yang hadir, Endang Kalimasada, juga merasa senang dan bangga bisa kembali tampil dalam perhelatan sastra yang kini jarang diikutinya. Hal ini, akan menambah kegairahan suami saya, Bagus Putu Parto, untuk kembali menulis sastra kembali. Yang pasti disyukuri, bahwa pertemuan malam ini, sangatlah indah sekali. Membaca  dan berbincang panjang tentang sastra, tanpa habis-habisnya. Boleh sampai pagi, jika mata masih saja kuat terjaga. Kopi, roti, dan rokok pasti ada! Selamat bersastra-sastra!










 Endang Kalimasada, mengucapkan terima kasih kepada sastrawan yang hadir. (foto: lu)*











Bagus dan Endang, duet baca cerpennnya. (foto: lu)**

            Selepas acara potong tumpeng selamatan cerpen Kartomarmo, duet Bagus Putu Parto dan Endang Kalimasada, tampil membacakan salah satu cerpennya yang ada di kumpulan tersebut. Mereka berdua masih tetap seperti dulu, membaca sastra dengan enak dan santai dalam pembacaannya. Acara berikutnya dilanjutkan dengan pembacaan sastra, secara bergiliran: Arim Kamandaka baca puisi, Wina dan Gita, baca cerpen, Akhudiat, R. Giryadi dan Aming baca puisi. Tjahjono Widarmanto, malah mengapresiasi acara ini, seperti halnya Setya Yuwono.

Duet Wina dan Gita, ikut baca cerpennya. (foto: lu) **

            Malam itu acara ditutup dengan tampilan kembali, dari kelompok macapatan, Adiningsun. 
Setelah acara ditutup, dilanjut dengan omong-omong sastra di halaman rumah belakang Bagus Putu Parto yang luas itu, hingga hampir parak pagi. Bincang sastra, memang tak ada habisnya, kata Aming Aminoedhin. Ketemu sastrawan antarkota memang sangatlah menyenangkan, apa lagi kopi selalu menemani hingga parak pagi itu. Duh... nikmatnya! (liezty uran)**
           
           

Selasa, 24 September 2013

PEREMPUAN PENYAIR TAMPIL DI BALAI PEMUDA SURABAYA





PEREMPUAN PENYAIR BACA PUISI
DI BALAI PEMUDA, SURABAYA

            Akhir bulan Agustus, tepatnya hari Jumat, 30 Agustus 2013, bertempat di Gedung Merah Putih Balai Pemuda, Surabaya; telah digelar pentas sastra perempuan penyair Jawa Timur. Pentas ini, sekaligus launching buku sekumpulan puisi bertajuk ‘Wasiat Malam’ yang diselenggarakan Dewan Kesenian (DKS) kerja sama Dinar Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya.
            Pentas sastra perempuan penyair ini mengalir cair, yang diawali dengan sambutan ketua Forum Sastra Bersama Surabaya (FSBS), Aming Aminoedhin, sebagai editor buku kumpulan puisinya, Wasiat Malam.

Tita Tjindarbumi, beraksi baca puisi di balai Pemuda Surabaya.(foto: tka)
 
     Menurut Aming bahwa,  “Tajuk yang dipakai buku ini Wasiat Malam – diambil dari salah satu judul puisi -- yang ada dalam antologi puisi ini. Hal ini, bukan berarti, puisi itu lebih baik dari yang lain; akan tetapi hanya dijadikan judul buku, sehingga memudahkan kita mengingatnya. Antologi puisi perempuan itu, bernama Wasiat Malam.” Lebih lanjut editor buku ini juga mengatakan, “Tidak semua puisi yang dikirimkan penyairnya saya muatkan semua, lantaran tidak semua puisi layak-muat. Di samping kuota halaman yang terbatas. Ada yang hanya termuat dua judul puisi, ada tiga, ada empat, dan terakhir lima judul, dari masing-masing penyairnya. Dan ini bukan ukuran, bahwa yang banyak lebih baik dari yang lain. Bukan! Bukan itu!” tandas Aming.
 
Aming Aminoedhin, editor buku Wasiat Malam. (foto: tka)

            Dalam penggarapannya pun memang agak tergesa-gesa, sehingga banyak kekurangan di sana-sini, tapi Aming berharap, semoga kegiatan ini akan dapat menumbuhkembangkan sastra di Surabaya, dan Jawa Timur. Serta berharap, agar sastra bisa mencerahkan dunia! Sastra memang tidak hanya milik kaum Adam, kaum Hawa pun bisa berkiprah. Menulis puisi, dan membacanya malam ini.
           Hadir juga malam itu, Sabrot D. Malioboro, Akhudiat, M. Shoim Anwar, Dr. Suharmono Kasijun, Puspo Endah, Bagus Puru Parto, Rakhmat Giryadi, Endang Kalimasada, Ardi Susanti, Lennon Machali, Uyun S. Wahyuni, Ize Sasmi, Ana Kusumawati, Pocek Siansdhys,  Iis Istrini, Dewimus Musdhalifah, Luluk Lukmanun, Fitria WN, dan banyak lagi.
 

 Sabrot D. Malioboro, ketua DKS. (foto: tka)

            Sementara itu, ketua Dewan Kesenian Surabaya, Sabrot D. Malioboro, mengucapkan, “Terima kasih kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, yang telah mau bekerja sama dengan DKS, dalam menumbuhkankembangkan sastra.” Sabrot, juga berterima kasih kepada para penyair perempuan yang ikut hadir dan tampil, hadirin, serta saudara Aming Aminoedhin dan Rakhmat Giryadi, yang telah sudi menangani perhelatan sastra malam ini.

Deny Tri Aryanti, saat tampil mengawali ‘Baca Puisi 13 Penyair” (foto: tka)

            Pentas sastra perempuan penyair, malam itu tampak mengalir cair. Artinya, pentas sastra berjalan lancar, dan sukses. penonton yang hadir pun beragam, dari kalangan mahasiswa, hingga pemerhati, dan penyuka sastra. Pentas diawali dengan  tampilan awal Deny Tri Aryanti, dengan membacakan puisi diringi biola oleh Files. Kemudian, beberapa penyair yang lain, tampil susul-menyusul membacakan puisinya masing-masing dengan cair.
            Wasiat Malam, berisi puisi yang ditulis oleh 13 penyair: Deny Try Aryanti, Sirikit Syah, Yayuk Manan AS, Ize Sasmi, Ana Kusumawati, Dewimus Musdhalifah, Luluk Lukmanun, Afwin Sulistiawati, Ardi Susanti, Titi Tjindarbumi, Iis Istrini, dan Fitria WN.
            Berikut ini salah satu puisinya, yang kemudian dijadikan judul kumpulan puisi tersebut,

Ize Sasmi
WASIAT MALAM

Dari lekuk tubuh sunyi di bawah langit mambang
Ingatan demi ingatan menari bersama deru hujan
menikmati sepi yang lengket di rahim musim
kucoba melahirkan musim pada waktu yang berputar di tubuh malam
Mengalirlah darahku ke lembah belakang rumah yang kelam

“Jangan biarkan darah itu membeku lalu kaku di mata mu …
Biarlah menetes ke hulu, bermuara di tubuhku”
Bisikmu pada nafas yang berlari
Menuju ruang dalam tulang sumsumku

Guluk-guluk,  06 November 2012

            Ada 10 perempuan penyair yang tampil malam itu, sedang ketiga penyair yang tak bisa hadir adalah: Sirikit Syah, Yayuk MananAS, dan Afwin Sulistiawati. Akan tetapi ada bintang tamu hadir malam itu: Endang Kalimasada (Blitar) dan Puspo Endah (Kediri) ikut tampil membaca puisi. Mereka berdua tampil baca puisi tak kalah menawan.

Endang Kalimasada, penyair bintang tamu tampil menawan. (foto: tka)
   Sastrawan, dan sekaligus dramawan terkenal, Akhudiat, memberikan ulasan tentang sastrawatii tampil malam itu. Sedangkan M. Shoim Anwar, menutup acara dengan ikut menilai tampilan mereka para penyair malam itu, serta sedikit ulasan tentang karya-karya sastra yang ditulis para wanita.
       Ditanyakan di tempat terpisah, Widodo Basuki, penggurit kondang Jawa Timur, mengaku perhelatan ini cukup menarik utuk dicatat. Setidaknya, ada sastrawati penulis puisi, mau tampil di depan forum publik seperti malam ini. Hal sama juga dikatakan oleh Imam Haryadi, yang malam itu jadi pewara/announcer acara. (liezty uran)***