Selasa, 28 Agustus 2012

Naskah Puisi-Puisi Festival Musikalisasi Puisi Bagi Guru se-Jatim 2012

NASKAH-NASKAH PUISI
FESTIVAL MUSIKALISASI PUISI
PEKAN SENI GURU SE-JATIM 2012



TANAH AIR MATA
Oleh : Sutardji Calzoum Bachri


Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
 

kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu

namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
 

kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata 


(1991)



PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO
Chairil Anwar

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
1954



Akhudiat
JANGAN MENANGIS, INDONESIA

bencana dan keberuntungan silih berganti
jangan menangis, indonesia

malang dan mujur silih berganti
jangan menangis, indonesia

kejayaan dan keruntuhan silih berganti
jangan menangis, indonesia

manis dan pahit
susah dan senang
sakit dan bahagia
lapar dan kenyang
silih berganti
jangan menangis, indonesia

tak ada puasa terus-menerus
tak ada pesta terus-menerus

pesta akan ditagih ongkos kenikmatan
puasa akan temukan hari lebaran
jangan menangis, indonesia
tawa dan tangis silih berganti


Surabaya, 01 Januari 2005



tengsoe tjahjono
POHON DI TENGAH GELOMBANG

tak ada yang tahu sejak kapan pohon itu tumbuh di situ
tak ada tanda-tanda akar, atau lingkar tahun, atau serpihan
daun. hanya
huruf-huruf raksasa tertanam di penampang gerigi tubuh:
gagal kamu menciumku

tak ada yang tahu sejak kapan pohon itu menegak di situ
dipukuli gelombang, dilecut api matahari
tubuhnya berkilat oleh selaput garam
ia prasasti bagi hari kemarin yang remuk

tak ada yang tahu sejak kapan pohon itu menangis di situ
di lingkar riuh ombak dan derai angin
di lengkung pelangi dari sisa gerimis yang ranum
ia merasa sepi di tengah debur ombak yang permai”


Sumenep, Mei 2010

(Dari: Slopeng, sekumpulan puisi Tengsoe Tjahjono, hal. 31)



AUNG SAN SUU KYI
Goenawan Mohamad


Seseorang akan bebas dan akan selalu
sehijau kemarau
Seseorang akan bebas dan sehitam asam
musim hujan
Seseorang akan bebas dan akan lari
atau letih
Dan langit akan sedikit dan bintang
beralih
Dan antara tiang tujuh bendera dan pucuk pucat
pagoda
Seseorang akan bebas dan sorga akan
tak ada
Tapi barangkali seseorang akan bebas dan memandangi
tandan yang terjulai
Tandan di pohon saputangan, tandan di tebing jalan
ke Mandalay


1996-1997


aming aminoedhin
OEMAR BAKRI MASA KINI
* atas lagu Iwan Fals

Hari-hari seperti memburu, pagi tak jadi pagi
Mengajar di kelas hanya berupa instruksi
Malam serasa melayang buat satuan pelajaran esok hari
Padahal akun facebook belum juga dijenguk
Sejuta kawan maya pasti komentar berjuta kata
Lantaran syarat sertifikasi belum kelar hari ini
Padahal sekolah mengejar semua tanpa kompromi

Oemar Bakri masa kini tak lagi jadi naik sepeda butut
Nongkrong di atas mobil mengkilat, tetap ngebut
meski kredit belum juga berhenti. Meski tas, tak lagi kulit buaya
tapi laptop bersama modem tetap on setiap hari

Oemar Bakri masa kini, tak mau kompromi
tetap jaga gengsi. Meski utang menggunung tak peduli
tetap tak tertinggal berita hari ini

Oemar Bakri masa kini
Di kelas usai beri instruksi, buka laptop
lihat berita hari ini. Meski lebih banyak waktu disita
chatting via facebook. Meski lebih banyak
berjamaah di dunia maya tanpa henti. Rembug
dari mimpi ke mimpi tak terjangkau tak tergapai
meski telah lama jadi obsesi

Oemar Bakri masa kini
Menulis puisi di dunia maya tanpa henti
Dari hari ke hari

Sidoarjo, 12/4/2011

(dari: Buku Puisi Malsabaru, FSBS -2011, halaman 7)